Bangkalan, memorandu.co.id - Penetapan status siaga darurat bencana alam hidrometeorologi oleh Bupati Bangkalan R Abdul Latif Amin Imron, ternyata tidak hanya disikapi dengan lugas oleh Polres Bangkalan. Tetapi juga oleh Polsek jajaran. Di antaranya, aksi kesigapan serupa ternyata juga dilakukan Kapolsek Geger AKP Bidaruddin.
Jelasnya, dua hari sebelum Kapolres Bangkalan AKBP Rama Samtama Putra SIK MSI MH berinisiatif mendirikan posko penanggulan bencana banjir di Kecamatan Arosbaya, Minggu (5/1), Kapolsek Geger AKP Bidarudin juga sudah melakukan hal yang sama.
“Hanya saja, saya bersama beberapa anggota, sesuai instruksi Bapak Kapolres, segera melakukan koordinasi lintas sektoral,” kata Bidarudin, Selasa (7/1). Targetnya, agar camat dan unsur muspika, kepala desa, serta institusi terkait lainnya, segera menjalin kesiapsiagaan terpadu jika sewaktu-waktu bencana terjadi.
Langkah koordinasi awal yang dilakukan, menurut Bidarudin, adalah berkoordinasi dengan Camat Geger. Di sini, mantan Kasubbag Humas Polres Bangkalan ini membahas soal seputar langkah apa saja yang patut dipersiapkan oleh muspika, dalam hal ini kantor kecamatan, polsek dan koramil untuk menyikap status siaga darurat bencana hidrometeorologi.
“Hasilnya, saya dan Pak Camat sepekat untuk segera menggelar rapat koordinasi dengan anggota muspika, intitusi terkait, para kepala desa dan tokoh masyarakat,” papar Bidarudin.
Langkah Polsek Geger tidak jeda sampai di sini. Bidarudin dan beberapa anggota polsek juga akan beranjang ke 13 desa di Kecamatan Geger. Yakni Desa Banyonneng Laok’, Banyonneng Dajah, Batobella, Campor, Dabung, Geger, Kampak, Katol Barat, Kombangan, Kompol, Lerpak, Togubang dan Desa Tegar Priyah.
Targetnya, selain bertemu dengan kepala desa, Bidarudin juga ingin menyampaikan pesan Bupati dan Kapolres kepada tokoh masyarakat, ulama dan tokoh pemuda di masing-masing desa. Mereka diimbau untuk menjagak seluruh warga desa agar meningkatkan kewaspadaan terhadap kemungkinan terjadinya bencana alam.
Menurut Bidarudin, tipikal bencana alam yang cukup rentan terjadi di Kecamatan Geger bukan bencana banjir bandang. Sebab secara geografis, posisi kecamatan yang memiliki hamparan hutan rakyat seluas 3.000 ha lebih itu, posisinya berada di ketinggian bukit.
“Tetapi jenis bencana yang rentan terjadi di Kecamatan Geger adalah bencana tanah longsor. Sebab di beberapa desa, banyak kegiatan penambangan batu kapur dan pasir di lereng bukit,” ungkap Bidarudin.
Musibah longsor pernah beberapa kali terjadi. Di antaranya di lereng Bukit Geger. Bahkan menelan korban jiwa. Itu sebabnya, selama musim hujan mencapai puncaknya pada kisaran Januari hingga April nanti, Bidarudin mengajak seluruh warga di 13 desa di Kecamatan Geger, agar selalu waspada terhadap kemungkinan terjadinya bencana longsor. (ras/fer)