Demi Anak, Istri Terjerembab ke Jurang Kemusyrikan (7-habis)

Selasa 13-06-2023,10:00 WIB
Reporter : Agus Supriyadi
Editor : Agus Supriyadi

Dirham mendapat kabar pernah ada keluarga klien Eyang Jotro yang jadi korban dan membawa kasusnya ke polisi. Tapi, perkaranya menguap begitu saja. Dan, itu tidak hanya terjadi satu-dua kali, melainkan sering. Sering sekali. Ketika kasusnya sudah diproses di pengadilan pun, hukumannya acap seperti orang mampir pipis. Cur. Wis. Dirham yang sempat dua-tiga hari menyanggong di sekitar padepokan, sia-sia. Dirham putus asa dan memutuskan pulang. Pikiran dia: mulih sak karepmu, gak mulih yo sak karepmu. Lelaki berjambang tipis ini lantas mengarahkan motornya ke Surabaya. Beraneka gambar melintas di benaknya seolah trailer film layar lebar. Yang terbanyak adalah adegan istrinya dengan Eyang Jostro. Gambar-gambar yang bersumber dari kecurigaan dan kekhawatiran itu berputar liar tanpa ujung pangkal. Menggerogoti akal sehat. Mengiris kesucian batin. Mematahkan cinta menjadi potongan-potongan tak berbentuk. Ketika sampai di sebuah pertigaan jalan di kawasan Mojosari, Dirham secara tidak sengaja melihat baliho besar bergambar wajah Eyang Jostro. Ternyata lelaki itu mengampanyekan diri sebagai bacaleg sebuah partai besar. “Apa jadinya bangsa ini bila legislatifnya diisi orang-orang sekelas Eyang Jostro? Apakah ini bisa menjadi alasan Gusti Allah mengazab bangsa ini?” kata batin Dirham. Hatinya menggigil ketakutan. Pikiran Dirham melayang-layang. Dia baru sadar saat mendengar bunyi tiiit… tiiit… tiiit tanda bahan bakar minyak motornya hampir habis. Harus segera diisi. Sudah reserve. Dirham pun masuk rest area yang difasilitasi stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU), restoran, musala, dan minimarket. Namun belum sempat mendekatkan mobilnya ke pompa SPBU, Dirham melihat istrinya bergandengan tangan mesra keluar dari minimarket. Lelaki di samping Laksmi sudah tidak asing bagi Dirham: Eyang Jostro. Penampilan mereka keren abis, kayak selebritis keluar dari diskotek. Bergegas Dirham mendekati pompa pengisian bahan bakar dan melesat kencang setelah tangkinya diisi penuh. Tidak langsung ke rumah, melainkan mampir Masjid Al-Akbar untuk menurunkan tensi tekanan darahnya yang dirasakan hampir meledakkan otak. Kepalanya panas, berat, dan nyeri. Seperti dibakar bara neraka, seperti ditimpa Gunung Himalaya, seperti disayat duri mawar putih. Dirham sujud sangat panjang. Lelaki berhati lembut ini ingin menangis dalam pelukan Sang Khalik. Menjerit dalam dekapan Sang Pencipta Segala. Meronta dalam genggaman Sang Pemilik Kasih.Baru menjelang matahari terbit Dirham melangkah pulang. Entah untuk siapa. (jos, habis)  

Tags :
Kategori :

Terkait