Jantung Berdetak Keras, Setara Gempa Berkekuatan 6,8 Magnitudo
Oleh: Yuli Setyo Budi, Surabaya
Susi menegaskan apakah Memorandum masih ingat Lia? Untung saja pertanyaan itu disampaikan via sambungan telepon. Bila bertatap muka langsung, Susi pasti melihat wajah Memorandum yang pucat pasi. Mungkin mirip jenazah yang hendak dimasukkan liang lahat.
“Ya. Masih ingat. Kenapa?”
“Apakah Mas Yuli tahu keadaan terakhir Lia?”
“Tidak. Ada apa dengan Lia?” Memorandum mencoba menyembunyikan fakta yang sebenarnya. Bahwa Lia sekarang menjadi terapis pijat plus-plus. Bahwa Lia sekarang sedang menjadi perempuan simpanan Joe, suami Susi. Bahwa dll, dst, dsb…
“Lia sekarang sudah menjanda, Mas. Suaminya sudah meninggal.”
“Kenapa Dik Susi menceritakan semua ini kepada Mas Yuli?”
“Maaf, Mas. Ini ada hubungannya dengan Mas Joe, yang sampai sekarang belum pulang.”
“Maksud Dik Susi?” Detak jantung Memorandum makin kencang. Mungkin setara dengan gempa berkekuatan 6,8 magnitudo. Kekhawatiran bahwa Susi mengetahui kenyataan yang terjadi antara suaminya vs Lia semakin kuat. Benarkah?
Susi mengaku tidak mengerti mengapa Joe tiba-tiba menghilang dari rumah. Tidak berpamitan secara langsung, melainkan baru pamit setelah meninggalkan rumah. “Malam itu aku berbicara serius dengan Mas Joe. Soal Lia. Tiba-tiba Mas Joe mengeluh kepalanya pusing dan pamit istirahat,” tutur Susi.
Sampai keesokan harinya Joe tidak menampakkan batang hidungnya. “Ketika bangun, aku melihat Mas Joe masih terlelap tidur. Aku tidak mau mengganggunya. Mungkin beliau kurang enak badan. Makanya aku berangkat belanja ke pasar. Sesampai di rumah, ternyata Mas Joe sudah tidak ada,” tambah Susi.
Perempuan cantik berbadan seksi ini lantas menelepon sang suami. Saat itulah Joe mengaku sedang dalam perjalanan ke Surabaya. Katanya ada rakor. Padahal, kenyataannya, saat itu Joe sedang menuju rumah Memorandum.
“Itulah telepon terakhir kami. Sejak itu Mas Joe tidak bisa dihubungi.”
“Lantas, apa hubungannya dengan Lia?” tanya Memorandum menegaskan.
“Malam itu aku bermaksud menawarkan solusi agar kami bisa menggendong anak lagi. Aku ingin menawari Mas Joe untuk menikahi Lia.” Kata Susi. Memorandum kaget. Tidak menyangka kalimat ini bakal diucapkan Susi.
“Joe? Dik Susi minta menikahi Lia? Apa aku tidak salah dengar? Bukankah Lia keponakan Dik Susi, jadi masih terikat tali mahrom dengan Joe?”
Susi terdengar menghela napas panjang. Lalu terdengar pula tawa kecilnya. “Lia sebenarnya bukan anak kandung Pakde. Lia adalah anak angkat yang diasuh sejak bayi. Jadi dia orang lain bagi kami. Bagi Mas joe.”
“Artinya?” desak Memorandum.
“Mas Joe tidak haram menikahi Lia. Kasihan, sekarang Lia hidup berdua hanya dengan berdua dengan mantan ibu metuanya di Medan. Mereka membuka rumah makan.”
“Dik Susi tidak keberatan Joe menikahi Lia?”
“Mengapa? Asalkan aku tidak ditinggalkan.” Tidak terasa HP Memorandum lepas. Memorandum bergegas menuju kamar tidur Joe, membangunkan dia, dan menyuruhnya bergegas pulang. (habis)