Perjalanan Menuju Jalan yang Lurus di Bawah Panji Agama (2)

Jumat 29-11-2019,08:51 WIB
Reporter : Agus Supriyadi
Editor : Agus Supriyadi

Suami Berubah Beringas, Dianggap sebagai Gawan Bayi Oleh: Yuli Setyo Budi, Surabaya Endang mengaku tidak mengerti mengapa suaminya bersikap seperti itu. Bondan memang temperamental. Namun, belum pernah dia bersikap sekasar itu. Kalau marah, paling-paling berteriak-teriak atau membanting barang-barang di rumah. Sampai pagi Endang tidak bisa tidur dan menemukan alasan di balik perilaku Bondan. Dipandanginya lelaki yang disayangi sejak duduk di bangku kelas satu SMA itu. Mulanya Endang mengira Bondan menyuruhnya menggugurkan kandungan karena sedang mabuk. Ternyata perkiraan tersebut keliru. Bukan malam itu saja Bondan memaksa Endang menggugurkan kandungan, melainkan berkali-kali. Sepekan setelah itu Bondan bahkan tega menendang perut Endang. Sama seperti sebelumnya, Bondan juga menunjukkan tanda-tanda berada di bawah pengaruh minuman keras. Namun, hal itu justru menguntungkan Endang. Walau sempat terjatuh dan terinjak kaki Bondan, dia dengan mudah berdiri dan segera berlari keluar rumah. Pemilik rambut sebahu ini lantas berteriak minta tolong para tetangga. Dia minta diantar ke rumah orang tuanya di Jetis. “Aku tidak tahu apa yang terjadi terhadap Mas Bondan. Yang jelas, aku sempat melihat para tetangga berbondong-bondong ke rumah. Aku tidak peduli. Sejak itu aku tidak pernah pulang. Sampai sekarang,” aku Endang. Dia tambahkan, beberapa hari kemudian kedua mertuanya datang. Mereka minta maaf dan mengajak Endang pulang ke rumah mereka. Ayah dan ibunda Bondan merasa bertanggung jawab atas perlakuan anaknya terhadap Endang. Tapi, permintaan itu ditolak. Ayah dan ibu Endang juga tidak setuju anaknya pulang ke rumah mertuanya. “Keluarga besar kami, seperti kakek dan nenek serta paman dan bibi, juga melarang.” Diakui Endang, setiap bulan dia memeriksakan kandungan ke puskesmas dekat rumah ibunya. “Rutin. Aku takut terjadi apa-apa terhadap anak yang ada dalam,” tambah Endang sambil menunjuk perutnya. Meski Bondan bersikap kasar terhadap bayi yang tumbuh di rahimnya, Endang berharap sikap itu berubah setelah sang jabang bayi lahir. “Mana ada sih orang tua yang tega melihat anaknya terluka dan sengsara? Bisa saja Mas Bondan bersikap kasar karena pengaruh bawaan bayi. Ada kan yang seperti itu? Yang hamil istrinya, tapi yang nyidam suami. Bisa jadi ini seperti itu,” itulah yang terlintas di pikiran Endang saat memeriksakan kandungan. Harapan Endang terhadap perubahan sikap Bondan tidak pernah berubah. Itu berlangsung sampai usia kehamilannya menginjak bulan ketujuh. Saat itu terjadi sesuatu yang sama sekali tidak pernah dibayangkan Endang. Dokter yang memeriksanya memanggil secara khusus di ruang kepala puskesmas. Wajah-wajah tegang menyambut kedatangannya. “Aku ikut-ikutan tegang,” aku Endang, yang lantas menghela napas panjang. (bersambung)  

Tags :
Kategori :

Terkait