Nasib Play Boy Pralansia Menghadapi Hari-Hari Tuanya (1)

Sabtu 01-10-2022,10:00 WIB
Reporter : Agus Supriyadi
Editor : Agus Supriyadi

“Istrimu masih tetap satu?” Pertanyaan itu Memorandum dengar dari seorang teman saat di Pengadilan Agama (PA) Surabaya, beberapa waktu lalu. Namanya sebut saja Oyik. Dia teman lama, yang mengaku terpaksa keluyuran di PA karena digugat cerai istri ketiganya. “Yang ketiga Yik?” tanya Memorandum yang benar-benar kaget atas “prestasinya” itu. “Ya. Yang ketiga.” Oyik adalah ahli di bidang jaringan komputer. Sudah sekitar 30 tahun dia bekerja di sebuah badan usaha milik negara (BUMN) bidang keuangan. Pekerjaannya berkeliling dari satu kantor cabang ke kantor cabang lain membenahi setiap ada ganggguan. Tenaganya seperti tidak bisa terganikan orang lain karena Oyik selalu memiliki inovasi-inovasi baru. Fisiknya memang kecil. Tapi, justru kekecilan itu seperti menunjang aktivitas dia yang harus lincah meloncat ke sana kemari, terbang ke sana kemari, dll dsb dst. Dia terkesan pendiam. Tapi hanya kesannya. Kalau diajak ngobrol dan ternyata sambung, dia bahkan sanggup menghabiskan kepingan umurnya hanya untuk ngobrol dengan ditemani secangkir kopi pahit dan sekerat gorengan. Semalaman atau bahkan sehari dua malam. Gaya bicaranya yang santai sanggup menghipnotis laawan bicara. Tidak jarang orang yang berniat berdebat dengannya tentang suatu hal, di akhir pembicaraan tanpa sadar justru masuk ke dalam bingkai pemikirannya. Fakta ini sering dialami Memorandum, yang sudah mengenal Oyik sejak dia berkuliah pada jurusan listrik arus lemah di perguruan tinggi negeri Surabaya. Memorandum sendiri berkuliah di IKIP Negeri Surabaya, yang kini berganti nama menjadi Uniersita Negeri Surabaya (Unesa). Kami bertemu dalam organisasi mahasiswa Islam cabang Surabaya. Kami sama-sama dipercaya sebagai pengurus di departeman seni budaya. Dia memanggil Memorandum dengan sebutan Jos, akronim dari Juli SEtyo Budi. Juseb atau Joseb. “Biar Ente nggak terkesan medoki. Masak orangnya brewokan dan tinggi-besar dipanggil Juli, hiii… ngeri. Njelehi. Kalau dipanggil Jo, Joseb… kan keren? Malah terkesan koyok wong Londo Inggris,” katanya disusul tawa ngakak. Sampai sekarang pun masih banyak kenalan Memorandum yang menyapa Joseb. Memang keren sih (wkwkwk wcwcwc). Itulah salah satu pengaruh komunikasi Oyik. Kalau kekuatan komunikasi Oyik teradap lawan jenis, wow… jangan ditanya lagi. Speak-speak-nya memesona. Dengan sekali atau dua kali tatap muka dalam komunikasi santai saja, dijamin perempuan itu pasti akan klepek-klepek. Karena itu, teman-teman banyak yang menganggap wajar (atau tepatnya kurang ajar?) ketika Oyik mengoleksi banyak pacar. Di mana pun komunitas yang pernah dia singgahi, pasti ada satu-dua cewek yang jatuh hati kepadanya. Minimal mengagumi sosoknya. Jujur saja, Memorandum banyak berguru soal ini. “Jos, keliru kalau Ente menganggap aku salah memilih jurusan listrik arus lemah. Belum tentu arus kuat itu memiliki power besar. Kalau pandai mengelolah, arus lemah pun bisa memiliki power yang dahsyat. Tidak percaya? Tunggu saatnya nanti.” (jos, bersambung)    

Tags :
Kategori :

Terkait