Nasib Keluarga Perempuan Mantan Play Girl (2)

Rabu 24-08-2022,10:00 WIB
Reporter : Agus Supriyadi
Editor : Agus Supriyadi

Setelah mendengar akan di-ta’aruf Ilham, Kokom segera mungkin memutuskan hubungannya dari Gagah. Tentu saja Gagah kaget. Walau begitu, dia tidak bisa berbuat apa-apa dan hanya menerima dengan pasrah keputusan Kokom. Masalahnya, benarkah Ilham berasal dari keluarga tajir melintir seperti keyakinan Kokom? Hari itu rumah keluarga Kokom kedatangan tamu istimewa: keluarga Ilham yang ingin ber-ta’aruf vs Kokom. Ternyata mereka tidak membawa kendaraan istimewa seperti bayangan Kokom. Mobilnya hanya Xenia keluaran pertama. Yang datang pun bukan keluarga besar, melainkan hanya bertiga: Ilham dan ayah-ibunya. Penampilan mereka biasa-biasa saja, bahkan cenderung ndesani. Ilham mengenakan kemeja warna putih, songkok, plus celana katun; ayahnya malah memakai bajo koko dipadu sarung; dan ibunya membalut tubuh dengan busana muslim syar’i. Kokom sempat shock menemui kenyataan tersebut. Padahal, dia kadung berjanji menerima pinangan keluarga Ilham. “Aku rasanya ingin kabur. Apalagi, setelah melihat wajah Ilham yang dingin dan seperti cuek,” kata Kokom. Memang tak begitu ganteng dibanding Gagah. Tapi, juga tidak terlalu jelek dibandingkan Nardji. Rata-ratalah. Sedang-sedang saja. “Hanya, fakta yang menyakitkan bahwa keluarganya ternyata tidak tajir seperti bayanganku,” aku Kokom. Dalam bayangannya, saat ta’aruf keluarga Ilham memboyong keluarga besarnya dan datang ke rumah mengendarai sederet mobil mewah. Minimal Honda City, Accord, Mercedes E-Class, BMW 3 Series, atau sekelasnya. Minimal. Bukan Daihatsu Xenia keluaran terlama. “Aku sempat down dan selalu melihat ke arah Pakde dengan tatapan kecewa. Tapi, beliau tidak mengerti yang aku maksud. Aku malah dianggap grogi dan salah tingkah,” kata Kokom. Wajar bila Pakde menganggap Kokom grogi, salah tingkah, dan canggung. Sebab, hari itu, seperti kebiasaan bila bepergian bersama keluarga, Kokom diharuskan berbusana muslim. Padahal, keseharian gadis itu perkaian serba terbuka dan cenderung kelelaki-lakian. Makanya, Pakde sempat mendekatinya dan meminta keponakannya itu tenang dan bersabar. “Pakde sudah memberi tahu mereka kok kalau kamu belum terbiasa memakai pakaian seperti ini. Mereka maklum dan menyadari. Kamu nggak usah grogi,” bisik Pakde. Kokom terdiam, tidak membantah semua omongan Pakde. Kokom akhirnya hanya bisa pasrah. Dia lebih banyak menunduk. Hanya sekali-sekali mendongakkan wajah bila ada yang mengajak bicara. Kesannya Kokom malah tampak seperti gadis lugu dan pemalu. Waktu yang berjalan hanya sekitar setengah jam terasa berasa amat lambat seperti setengah abad. Keringat dingin sampai membasahi seluruh tubuh Kokom. Begitu selesai, Kokom spontan berdiri dan seperti terbang ke kamar untuk berganti busana. (jos, bersambung)      

Tags :
Kategori :

Terkait