Suci (bukan nama sebenarnya) bahagia saat lima tahun lalu diperkenalkan omnya, Supri, kepada seorang pemuda, sebut saja Budi. Wajahnya ganteng. Bodi Budi juga atletis. Saking gantengnya, Budi disamakan tokoh pewayangan Arjuna. Gantngnya kelewatan sampai tampak seperti perempuan. Tentu saja perempuan cantik. Kebanggaan Suci, yang sebelum menikah tinggal di Gundik, Slahung, Ponorogo, terhadap Budi kadang diekspresikan secara berlebihan. Foto Budi selalu digembol dan diperlihatkan kepada siapa pun. Hampir ke seluruh warga. “Dia dulu memang dikenal sebagai perawan desa yang cantik,” kata Eli, sepupu Suci, yang mengantarkan saudaranya ini ke Pengadilan Agama (PA) Surabaya, Jalan Ketintang Madya, beberapa waktu lalu. Eli tidak berlebihan. Wajah Suci memang cantik. Mirip artis mendiang Suzana. Bodinya tak kalah mengagumkan. Bak gitar Spanyol. Lekuknya mempertontonkan kepadatan dan pahatan yang sempurna. Saking cantiknya dibanding cewek-cewek sebayanya di daerahnya, sampai tidak ada pemuda yang berani mendekati Suci. Banyak cowok yang terburu menyerah sebelum berusaha. Kalah sebelum perang. Pernah ada anak camat yang sekolahnya bersebelahan dengan SMA tempat Suci bersekolah. Anak tersebut kabarnya naksir berat kepada Suci. Hal itu disampaikan melalui teman sebangku Suci. Bagaimana tanggapan Suci? Cowok tadi diminta menemuinya di taman alun-laun. Ditantang untuk menyatakan cinta. Pada jam yang ditentukan, Suci mengunggu sang cowok. Tapi lewat setengah jam, cowok tadi belum juga ngongol. Lebih dari sejam, masih belum tampak. Ketika hampir dua jam, baru si cowok muncul. Bajunya basah kuyup dan tubuhnya gemetaran. Padahal, saat itu tidak sedang hujan. Dia diantar teman sebangku Suci. Wajah innocent-nya selalu disimpan dengan cara menunduk. Sesekali dia seperti ragu dan hendak kabur meninggalkan tempat. Kalau teman yang berada di sampingnya tidak memaksa, pasti dia tidak akan melanjutkan rencananya menemui Suci. Hanya sesekali wajah tadi didongakkan. Cuma sekejap, untuk mencuri pandang ke arah Suci yang duduk anggun di sebuah kursi semen. Berbeda dengan mata si cowok yang sesekali mencuri pandang, mata Suci selalu diarahkan tajam ke mata cowok tadi. Tet pukul 12.00 mereka duduk berhadapan. Suci diam. Demikian juga si cowok. Dahinya mengucurkan keringat deras. Juga ketiaknya. Bajunya makin kuyup. Matanya nanar. Tidak menatap siapa pun. Mulutnya komat-kamit tapi tanpa mengeluarkan suara. Begitu berlangsung lebih dari 20 menit. Suci dengan sabar menungguinya sambil sesekali melihat jam tangan. Setelah lebih dari setengah jam, dan cowok tadi belum juga mengeluarkan isi hatinya, mak-nyet… Suci berdiri dan meninggalkan tempat. Tangannya sempat menyambar amplop di tangan teman sebangkunya. “Tahu apa yang terjadi?” tanya Eli kepada Memorandum. (jos, bersambung)
Cinta Suci Terbenam Dalam Lumpur Menjijikkan (1)
Jumat 05-08-2022,10:00 WIB
Editor : Agus Supriyadi
Kategori :