Sebabkan Banjir, Warga Kebraon Pertanyakan Saluran Utama Dimatikan

Minggu 10-07-2022,19:59 WIB
Reporter : Syaifuddin
Editor : Syaifuddin

Surabaya, memorandum.co.id - Warga Kelurahan Kebraon, Kecamatan Karang Pilang, menyayangkan hilangnya saluran air selebar lebih dari 5 meter di sekitar Jalan Kebraon V. Saluran air tersebut ditemukan sudah diuruk, lalu menjelma menjadi lahan kosong hingga pertokoan. Akibatnya, selain merugikan negara, pengurukan itu juga menyebabkan banjir di kawasan perumahan Kebraon dan sekitarnya. Terutama jika hujan lebat. Abdul Mujib, warga RT 3/RW 1 Kebraon mengungkapkan, saluran selebar 5 meter itu memiliki panjang ratusan meter hingga ke timur Jalan Raya Mastrip. Keberadaan saluran tersebut sudah ada sejak lama, bahkan saat dirinya masih muda. Saluran tersebut menjadi jalur utama pembuangan air masyarakat. “Kami tahu persis dulu itu saluran air utama perkampungan, lebarnya lebih dari 5 meter, sekarang sudah tidak ada. Kami menduga itu sengaja dimatikan, makanya jadi lahan kosong lalu sebagian di atasnya berdiri pertokoan,” kata Abdul Mujib, tokoh masyarakat yang yang berusia 70-an ini, Ahad (10/7/2022). Pengurukan saluran air utama tersebut juga disesalkan oleh warga Kebraon yang lain. Salah satunya Sumono, warga RT 2/RW 3. Dia pun mendesak lurah dan camat setempat untuk menelusuri keberadaan saluran itu. Terlebih, pihaknya bersama warga pada Jumat (8/7) telah mendatangi Kelurahan Kebraon untuk wadul. Mereka menumpahkan masalah itu ke lurah. “Pengurukan itu jelas menyalahi aturan, karena saluran itu sudah ada sejak lama dan menjadi milik negara yang keberadaannya harus dijaga. Selain itu, gara-gara saluran tersebut tidak berfungsi dengan baik, membuat Kebraon dihantui banjir bertahun-tahun,” kata Sumono. Mengetahui hal ini, ketua LPMK Kebraon Gatot Setiabudi berharap, masalah warga Kebraon tersebut dapat tersolusi. Warga juga telah datang ke lurah, sebagaimana instruksi dari Wali Kota Surabaya yang menetapkan program wadul ke lurah, camat, dan kepala dinas setiap hari Jumat. “Kami berharap, Pak Lurah bisa menjembatani warga. Dan masalah terkait saluran itu bisa ditemukan solusinya,” kata Gatot. Namun begitu, Gatot mendorong agar lurah dapat menemukan solusi secepatnya. Selaras dengan arahan Wali Kota Surabaya yang meminta supaya masalah warga dapat dicarikan solusi oleh lurah, camat, maupun kepala dinas tidak lebih dari seminggu. “Jangan sampai permasalahan yang diderita warga ini berlarut-larut. Dengan adanya program wadul lurah ini, ya kita harap dapat tersolusi. Seperti kita tahu, saat berkeluh kesah itu, warga juga mempertanyakan alas hak bangunan-bangunan yang berdiri di atas lahan yang dulunya itu saluran,” jelasnya. Sementara itu, Lurah Kebraon Zainal Abidin mengatakan, pihaknya tengah memastikan status dari saluran tersebut. Dia mengaku belum mengetahui secara persis, sebab peralihan saluran terjadi sudah lama. Ketika kawasan tersebut hendak dibangun perumahan. “Warga mengeluhkan masalah yang dulunya itu saluran, lalu kini posisinya sudah berubah. Saya belum tahu persisnya seperti apa, karena kejadiannya sudah lama. Sekarang kondisinya berubah, sudah puluhan tahun, lalu ditanyakan, ini kan repot juga,” ucap Zainal. Kendati demikian, Zainal akan menelusuri dan mencari data terkait peralihan saluran tersebut. Pihaknya menyebut, ada berkas penyelesaian terkait peralihan saluran pada 2002. Karena itu, saat wadul beberapa waktu yang lalu, warga Kebraon menagih janji lurah yang akan menunjukkan berkas penyelesaian tersebut. Di samping itu, pihaknya juga berusaha menggali informasi ke dinas terkait. Termasuk, saluran tersebut apakah tercatat menjadi saluran di Dinas Sumber Daya Air dan Bina Marga (DSDABM) Surabaya. “Kalau posisinya saluran itu tidak tercatat di dinas PU, bisa lepas (tidak melanggar aturan),” tandasnya. Sedangkan Camat Karangpilang Febriaditya Prajata mengungkapkan, Kebraon menjadi wilayah yang rawan banjir. Pihaknya mengaku sudah melakukan pemetaan titik-titik rawan banjir. Termasuk di Kelurahan Kedurus dan Kelurahan Karangpilang. “Tiga kelurahan sudah kami petakan, mengingat wilayah tersebut dulunya merupakan saluran irigasi, jadi perlu strategi terkait drainasenya. Nantinya akan diselesaikan berdasarkan hasil analisa, kemudian akan menjadi langkah penanganan, baik itu pekerjaan fisik maupun normalisasi saluran,” terang Febriaditya. (bin)

Tags :
Kategori :

Terkait