Aku menyadari betul bahwa Rini (samaran) bukan perempuan baik-baik. Ia purel di sebuah rumah hiburan. Ya, Purel yang menemani tamu laki-laki. Tidak bisa dipungkiri: hatiku tertambat kepadanya. Aku ingin mengentasnya jadi istri. Titik. Itu saja yang tertanam di hati sejak melihat wajahnya yang sendu. Tidak ada yang lain. Kenyataan itu diungkapkan Hery (bukan nama sebearnya) di atas kursi roda di ruang tunggu Pengadilan Agama (PA) Surabaya, beberapa waktu lalu. Matanya basah. Ada air bening menggenang di sana. Hery mengaku akhirnya harapan itu terwujud. Rini menjadi istrinya, Tapi, ada persoalan baru. Ibunya tahu dan memintanya segera menceraikan Rini. Apalagi setelah sadar anak di perut Rini bukan hasil hubungan intim dengannya. Hery mengaku, suatu saat diajak berkeliling temannya, Wawan, di dunia malam Surabaya. Dia ingin menulis karya ilmiah soal purel. Waktu itu mereka masuk diskotek di kawasan jalan protokol. Jeb ajeb-ajeb, jeb ajeb-ajeb… musik berdentum keras. Mereka duduk di lantai dua deretan kursi paling belakang. Pojok. “Minum?” tanya seorang waiters. “Air putih. Dua,” jawab Wawan. Tidak lama kemudian mereka disamperin bapak-bapak. “Hanya berdua?” tanya dia. Mereka mengangguk hampir bersamaan. “Tidak butuh teman?” Tanpa menunggu jawaban, orang tersebut pergi sambil memberikan isyarat gerakan tangan agar Hery dan Wawan menunggu sebentar. Kurang lebih 10 menit kemudian dia sudah kembali sambil membawa dua cewek. Dia memerkenalkan gadis-gadis tersebut sebagai Rini dan Angel. “Saya tinggal dulu ya. Layani Bapak-Bapak ini dengan baik. Jangan sampai mereka kecewa,” kata lelaki tadi. Baru berjalan beberapa langkah, lalaki tadi kembali sambil meminta maaf, “Maaf. Aku tadi lupa menanyakan, apakah Bapak-Bapak cocok dengan pilihan aku? Kalau tidak nggak papa, bisa aku tukar. Bagaimana Bapak-Bapak?” “Mereka saja. Sudah cocok kok,” kata Wawan, yang lantas meraih pundak Angel untuk dirangkul, didekatkan ke dadanya. “Maaf… aku sedang flu. Jadi Mbak-Mbak tidak usah terlalu dekat denganku. Ntar tertular malah berabe,” kata Hery sambil pura-pura batuk dan bersin. Ini cara Hery agar tidak terlalu didekati Rini dan Angel. Tampaknya berhasil. Hampir dua jam mereka berada di dalam. Entah apa saja yang diomongkan Wawan bersama Angel dan Rini, mereka tidak henti-hentinya bercanda. Tapi, ada yang dirasakan aneh pada Rini. Dia lebih banyak diam. Jarang sekali tertawa. Kalaupun harus merespons canda Wawan dan Angel, dia hanya tersenyum. Itu pun sangat irit. Boso Suroboyone cumak sak-critan. Dia juga berusaha menghindar dari jamahan Wawan. Berkali-kali Wawan yang berusaha merangkulnya ditepis secara halus. Halus sekali sampai-sampai Wawan tidak merasakan adanya penolakan. “Kenapa Mbak Rini tidak kayak Angel? Ceria dan banyak canda,” kata Hery suatu saat. “Bapak juga tidak seperti Pak Wawan.” (jos, bersambung)
Jatuh Cinta kapada Purel di Sebuah Rumah Hiburan (1)
Rabu 06-07-2022,10:00 WIB
Editor : Agus Supriyadi
Kategori :