Camat dan Lurah Beri Intervensi Keluarga Inggar Susana

Senin 27-06-2022,12:47 WIB
Reporter : Aziz Manna Memorandum
Editor : Aziz Manna Memorandum

Surabaya, memorandum.co.id - Jajaran Kelurahan Gundih dan Kecamatan Bubutan turun melakukan outreach terhadap Inggar Susana, yang hidup serba kekurangan, Senin (27/6). Camat Bubutan Kartika Indrayana mengatakan, pihaknya akan melakukan sejumlah intervensi terhadap Inggar, yang menetap bersama kedua putranya di rumah sempit berukuran 2x4 meter di bilangan Babadan. "Saya bersama Bu Lurah dan jajaran sudah turun langsung melihat kondisi Bu Inggar di rumahnya. Kami akan mengintervensi beliau. Ini kami masih outreach dan akan berkoordinasi untuk segera ditindaklanjuti," kata Kartika kepada memorandum.co.id. Selain melibatkan kasi kesejahteraan masyarakat, camat dan lurah juga menerjunkan kasi pembangunan. Nantinya, keluarga Inggar Susana akan mendapatkan perhatian dari Pemerintah Kota (pemkot) Surabaya. Seperti diberitakan sebelumnya, hidup Inggar Susana, warga Gundih, Kecamatan Bubutan, begitu nestapa. Perempuan berusia 42 tahun ini harus mati-matian menghidupi kedua putranya, MC (16) dan DV (13), seorang diri. Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya seolah lalai dengan kemiskinan salah satu warganya. Suami Inggar dibui karena kasus narkoba. Putra sulung Inggar, Ericko (23), tengah direhab akibat kecanduan barang terlarang. Fakta tersebut sangat pahit dirasakan oleh Inggar, namun harus dihadapi dengan tegar. Kini, dia banting tulang untuk memenuhi segala kebutuhan hidup sehari-hari. Kedua anaknya masih bersekolah. MC merupakan siswa kelas X di sebuah SMK Negeri di Surabaya. Sedangkan DV duduk di bangku SMP Kemala Bhayangkari 6. Sebagai buruh pabrik bergaji Rp 189 ribu per minggu, Inggar mengaku pendapatannya tak cukup untuk mengawal kebutuhan sekolah kedua putranya. Hanya cukup untuk makan. Di luar itu, dia terpaksa harus mencari utangan. Bahkan, Inggar sampai menggadai Kartu Keluarga (KK) dan Kartu Tanda Penduduk (KTP) miliknya. “Tabung elpiji saya gadaikan ke tetangga itu sekitar Rp 100 ribu. KK sama KTP juga terpaksa saya gadaikan Rp 200 ribu ke koperasi dekat rumah. Uangnya untuk tebus rapor anak saya yang SMP, karena berbulan-bulan SPP-nya nunggak. Saya tidak mampu membayar,” ucap Inggar, Ahad sore (26/6). Perempuan asli Kediri ini sudah menetap dan menjadi warga Surabaya selama lebih dari 17 tahun. Dia tinggal di gang sempit sekitar kawasan Babadan. Rumahnya berukuran 2x4 meter. Tak ada kamar. Yang ada hanya sepetak ruang tamu yang dikelilingi perabotan lusuh. Di sana, Inggar tidur bersama kedua putranya. Di atas kasur hasil sumbangan tetangga. Namun manakala hujan deras mengguyur, Inggar cepat-cepat bangun dan terpaksa ngeringkesi kasurnya. Sebab, atap rumahnya bocor hebat, bahkan mulai keropos hampir roboh. Inggar sudah 1,5 tahun menjadi tulang punggung keluarga. Itu setelah suaminya masuk penjara pada akhir 2020 dan divonis 6 tahun penjara. Sejatinya, ibu tiga anak ini cukup letih dengan keadaan yang dirasa. Selain bekerja sebagai buruh pabrik, Inggar terpaksa harus mulung sepulang kerja. Hasilnya untuk menambah uang saku kedua putranya. Tidak hanya itu, Inggar juga bekerja untuk tetangga yang membutuhkan jasanya. Kadang diminta mencuci pakaian, tak jarang pula diminta untuk mengantarkan gorengan. “Lumayan, ketambahan Rp 5 ribu dari hasil antar gorengan, dan Rp 15 ribu hasil menjual botol plastik dan barang bekas yang saya kumpulkan,” ucapnya lirih. Kendati kompleks dan berat, tekad Inggar tetap menyala. Meskipun kondisi Inggar tak sebugar kelihatannya. Inggar diketahui sempat masuk rumah sakit empat kali akibat penyakit lambung kronis yang dideritanya. “Saya berharap, kedua putra saya yang masih sekolah ini dapat mengejar cita-citanya. Tetap berkegiatan yang positif, patuh sama orang tua, dan jangan neko-neko. Itu saja. InsyaAllah kelak jadi anak yang sukses dan berbakti kepada orang tua,” ujar Inggar sembari berlinang air mata. Sementara itu, mendapati ada warga yang bernasib seperti Inggar, membuat anggota Komisi A DPRD Surabaya Imam Syafi’i terenyuh. Politisi NasDem ini bersimpati. Dia bahkan berkesempatan untuk membantu menebus rapor putra bungsu Inggar, DV. Imam hanya ingin agar kedua putra Inggar tak sampai putus sekolah. “Adanya narkoba tak hanya berdampak buruk bagi pemakai, namun juga membuat keluarga hancur. Saya berharap, Pemkot Surabaya dapat hadir memberikan intervensi kepada nasib seperti Ibu Inggar ini, yang mana sangat membutuhkan uluran tangan pemerintah, terlebih dia warga masyarakat berpenghasilan rendah (MBR),” kata Imam. (bin)

Tags :
Kategori :

Terkait