Psikolog Klinis Untag Surabaya: Bipolar Dapat Diobati

Rabu 08-06-2022,09:50 WIB
Reporter : Aziz Manna Memorandum
Editor : Aziz Manna Memorandum

Surabaya, memorandum.co.id - Belakangan, bipolar menjadi topik yang menyita perhatian masyarakat. Hal tersebut berawal dari kisah selebgram tanah air yang diklaim mengalami bipolar akut. Berangkat dari sini, psikologi klinis Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya Aliffia Ananta SPsi MPsi Psikolog turut memberikan pandangannya. Menurut dia, bipolar merupakan gangguan mood ekstrem, yang dapat merubah suasana hati sewaktu-waktu. “Jadi bisa mengalami mania atau kebahagiaan berlebih, lalu secara cepat berpindah menjadi stres, depresi, dan kesedihan. Keduanya terjadi secara ekstrem,” katanya, Rabu (8/6). Dosen yang akrab disapa Ananta ini menjelaskan, mania merupakan kondisi saat pengidap gangguan bipolar merasa sangat bersemangat, baik fisik maupun mental. Terdapat perubahan energi pada orang yang mengalami bipolar. “Saat mengalami kebahagiaan, energinya sangat besar. Jadi susah tidur atau jika sudah tidur maka nggak bangun-bangun,” paparnya. Ananta menambahkan, bipolar juga dapat mengganggu pola makan seseorang. “Ketika sedih atau depresi misalnya, pola makan jadi meningkat,” tambahnya. Selain itu, lanjut Ananta, bipolar terbagi ke dalam tiga tipe berbeda. Pada tipe satu terjadi manic episode, yaitu jika bahagia bisa sampai tujuh hari dan jika depresi atau sedih bisa berlarut selama dua minggu. Adapun pada tipe dua terjadi hypomanic namun tidak separah mania. Ananta menambahkan, bipolar dapat terjadi dalam kurun waktu lama. “Ada siklus minimal dua tahun. Biasanya terjadi pada anak dan remaja,” ucapnya. Disebutkan oleh Ananta, bipolar dapat disebabkan oleh berbagai faktor. “Kita berbicara risiko penyebab, jadi tidak saklek. Misalnya, kondisi otak dan genetik berisiko membawa bipolar. Di samping itu, pengalaman hidup traumatis dan menyedihkan juga berpotensi,” ungkapnya. Kendati demikian, Ananta menekankan bahwa diagnosa seseorang mengalami bipolar tidak bisa didapatkan melalui self diagnosis. “Diagnosa awal tidak bisa dengan self diagnosis seperti gambaran umum dicocokkan dengan internet. Harus menemui psikiater atau psikolog untuk observasi dan wawancara,” terangnya. Dosen Fakultas Psikologi Untag Surabaya ini menuturkan bahwa pengidap bipolar dapat diobati. “Betul, bisa diobati dengan terapi dan pemberian obat,” katanya. Untuk terapi, sebut Ananta, harus disesuaikan dengan kondisi klien. Misalnya dengan cognitive behavior therapy. Yaknimengajak klien meng-counter irrational believe. Selain itu, self talk juga bisa menjadi terapi salah satunya dengan berbicara secara positif dengan diri sendiri. Ananta mengaku bersyukur, sebab saat ini masyarakat dinilainya lebih sadar akan kesehatan mental. “Orang jadi lebih aware, mereka peduli dan sadar butuh bantuan profesional,” imbuhnya. Ananta berharap ke depan masyarakat lebih peka terhadap diri sendiri ketika mengalami sesuatu dalam diri maupun peka ketika orang lain butuh pertolongan, apalagi gejala bipolar dapat terlihat. Tak hanya peka saja, namun menurut Ananta sebuah pertolongan dalam profesional juga dapat membantu. “Kita harus peka dan mengarahkan untuk mendapat pertolongan profesional,” tuntas dia. (bin)

Tags :
Kategori :

Terkait