“Ada tiga macam doa yang dikabulkan dan tidak diragukan lagi. Doa orang tua untuk anaknya, Doa orang yang bepergian, dan doa orang yang teraniaya.” (Durratun Nasihin).
Dalam kutipan hadis dalam Kitab Durratun Nasihin tersebut, kita temukan pesan bijak, bahwa doa orang tua pada anaknya adalah doa yang tidak diragukan lagi akan dikabulkan oleh Allah SWT.
Hal ini kemudian mengingatkan kita pada kejadian yang mengharukan negeri ini, yaitu tatkala sosok anak muda kebanggaan Sang Orang Tua, yaitu Emmeril Kahn Mumtadz (Eril), tenggelam di Sungai Aare, Bern, Swiss, pada Kamis (26/5/2022).
Kejadian tersebut menyita pilu publik hingga begitu banyak pihak yang turut mendoakan putra Ridwan Kamil, Gubernur Jawa Barat. Mulai dari pejabat seperti Presiden Jokowi, Gubernur Jatim Khofifah, dan sebagainya.
Berhari-hari menjadi trending topic dalam pemberitaan maupun sosial media, sang Bunda, Atalia Praratya, menuliskan untaian doa melalui laman instagram pribadinya, yang menyisakan duka bagi para pembacanya.
“Mamah titipkan kamu dalam penjagaan dan perlindungan terbaik dari pemilikmu yang sebenarnya, Allah swt, dimana pun kamu berada…
Insya Allah kamu tidak akan kedinginan, kelaparan atau kekurangan apapun. Bahkan kamu akan mendapatkan limpahan kasih sayang, karunia dan kebahagiaan yang tak pernah putus.”
Do’a penuh cinta tersebut seakan menjadi pengingat kita akan hadis diatas, bahwa Do’a orang tua adalah termasuk: ‘do’a yang dikabulkan dan tidak diragukan lagi’.
Kekuatan Do’a seorang ibu atau orang tua kepada anaknya, tentu menjadi sebuah curahan hati yang sangat menyayat kalbu tatkala sang anak telah mendahului (wafat) menuju dimensi berikutnya.
Dalam sebuah hadis, diterangkan mengenai keutamaan ketabahan orang tua tatkala Allah SWT lebih awal mengambil sang buah hati sebelum ajal menjemput orang tua tersebut.
Imam Bukhari meriwayatkan (6424), dari Abu Hurairah, sesungguhnya Rasulullah SAW, beliau bersabda, bahwa Allah SWT berfirman: “Tidaklah ada balasan yang layak bagi hambaku yang beriman apabila Aku ambil buah hatinya lalu dia berharap pahala (ihtisab), kecuali surga.”
Al-Hafiz Ibnu Hajar rahimahullah berkata dalam syarahnya, “Yang dimaksud dengan ihtisab adalah sabar atas kehilangannya seraya berharap pahala dari Allah atas musibah tersebut.”
Sedangkan dalam Hadis lain diterangkan bahwa Rasulullah SAW bersabda:
“Jika anak seorang hamba meninggal, Allah berfirman kepada para malaikat-Nya, ‘Kalian telah mencabut anak hamba-Ku.’ Mereka menjawab, ‘Ya.’ (Allah Ta’ala) berfirman, ‘Kalian telah mencabut buah hatinya.’ Mereka menjawab, ‘Ya.’ (Allah Ta’ala) bertanya, ‘Apa yang dikatakan hamba-Ku.’ Mereka menjawab, ‘Dia memuji-Mu dan mengucapkan istirja’.’ Allah berkata, ‘Bangunlah untuk hamba-Ku satu rumah di surga, dan berilah nama dengan Baitulhamd’.” (HR. Tirmidzi no.1021 dan Ahmad dalam Al-Musnad no. 19725).
Bukan hanya diterangkan keutamaan atas ketabahan ditinggal sang buah hati yang dicintai, namun Rasulullah SAW bahkan pernah mengalaminya. Diantara putra terkasih yang mendahului Rasulullah SAW, adalah Al-Qasim (wafat usia 2 tahun), Sayyidina Abdullah (Iwafat usia kanak-kanak), dan Sayyidina Ibrahim (wafat usia dewasa). Selain itu, Rasulullah SAW juga kehilangan putri terkasih, yaitu Ruqayyah yang merupakan istri dari sahabat Utsman bin ‘Affan.
Saat Itu, Rasulullah SAW berkata: “Segala puji bagi Allah, mengubur anak perempuan adalah perbuatan yang mulia.”
Subhanallah, musibah yang dialami Rasulullah SAW tersebut, menjadi potret ketabahan beliau yang sangat luar biasa. Dan kemudian saat kita kembalikan pada kisah wafatnya Eril yang tenggelam di sungai Aare di tengah waktunya berlibur bersama keluarga sekaligus persiapan studi S2nya, maka kita pun diingatkan kembali tentang syahidnya umat Muslim…
Penulis : Dr. Lia Istifhama, M.E.I (Sekretaris MUI Jawa Timur).