Kedatangan Keluarga Penghuni Kos yang Wajahnya Matik

Rabu 02-01-2019,10:31 WIB
Reporter : Agus Supriyadi
Editor : Agus Supriyadi

Yuli Setyo Budi, Surabaya Ada penambahan dua kamar baru ketika Ulum kembali ke rumah. Salah satunya di depan kamarnya, Kamar ini dulunya gudang dan tempat parkir motor penghuni. Kini ditempati dua mahasiswi baru dari Ponorogo. Mereka teman sekolah semasa SMA. Penampilan Ulum berubah. Kalau dulu dia menjadikan rumah cuma sebagai lahan transit, kini dia lebih banyak di rumah. Ulum hanya keluar rumah bila ada urusan penting. Fakta ini jadi bincang-bincang tetangga. Mereka bersyukur karena pemuda yang sering mencoreng nama baik keluarga dengan tingkah polahnya sekarang diam alim di rumah. Paling-paling Ulum hanya keluar seminggu sekali. Ke mana? Tidak ada yang tahu. Pamitnya hanya menemui teman. Dan setiap keluar, dia membawa tas cangklong kecil seperti bang thithil. Selain itu, Ulum sering menerima paketan. “Sebagian tetangga menduga Ulum menekuni bisnis online,” kata Arman. Hal ini pernah ditanyakan Pak RT ke Baudi. Arman ikut mendampingi. Ternyata Baudi tidak mengetahui persis mengapa anaknya berubah menjadi seperti itu dan apa yang sedang dia geluti. Yang jelas Baudi mengaku bersyukur anaknya tidak lagi menyusahkan orang tua. Dia juga bersyukur andai Ulum benarbenar berbisnis online. “Kata Baudi, anaknya tidak pernah menjawab tegas bila ditanya soal paket-paket yang dia terima. Jawabannya selalu singkat: bisnis. Itu saja,” imbuh Arman. Semua memang berjalan biasa-biasa saja. Landai-landai. Kalau ditanya ayahnya mengapa tidak pernah keluar, minimal mencari kerja beneran, Ulum menjawab singkat bahwa dirinya sudah bekerja. Bisnis online. Lho… bener kan seperti dugaan orang-orang? Ayah dan ibunya percaya. Demikian juga ketika para perangkat kampung datang ke rumah dan diberi penjelasan Buadi. Mereka hanya manggut-manggut. Tidak ada yang bertanya lebih jauh. Begitu berjalan berbulan-bulan. Adem ayem. Tentrem. Sebagian orang kampung yang memiliki anak gadis bahkan mulai berancang-ancang memikat perhatian Ulum dan kedua orang tuanya. Mereka berharap dijadikan besan. Anaknya dilamar untuk Ulum. Hampir setiap hari rumah Baudi tidak pernah sepi dari kedatangan ibu-ibu yang ater-ater. Ada yang mengirimi masakan, ada yang mengirimi kue-kue, ada yang mengirimi buah. Dll. Dsb. Dst. Tentu Baudi dan istri kebingungan. Mereka menyadari harapan tetangga-tetangga tadi, namun tidak mungkin memenuhi harapan mereka. Ini zaman milinium, anak-anak tak bisa lagi disetir orang tua seperti zaman Siti Nurbaya. Ulum pun cuek bebek kala diberi tahu ditaksir gadis-gadis tetangg. Acuh tak acuh. Pemuda ganteng dengan perawakan tinggi-kurus ini tidak pernah menghiraukan pertanyaan orang tuanya yang menyerempet-nyerempet. Terutama ibunya yang amat concern soal itu. Tiba-tiba pada suatu hari di tengah liburan semester, keluarga Baudi kedatangan tamu. Sekeluarga besar. Ada Titin (samaran), salah satu penghuni kos yang wajahnya matik (manis dan cantik) mirip Chelsea Islan. (bersambung)  

Tags :
Kategori :

Terkait