Perjalanan Cinta Duka Sepasang Mahasiswa (2)

Sabtu 02-04-2022,10:10 WIB
Reporter : Agus Supriyadi
Editor : Agus Supriyadi

Janjian Bertemu Dosen di Hotel Esek-Esek

Saking ngebetnya, dosen mata keranjang mengancam Dina. Dia bakal diberi nilai jeblok bila tidak mau diajak makan malam. Bukannya keder, Dina malah balik menantang dosen tadi bertemu di tempat yang justru dikenal sebagai penginapan esek-esek. Pada hari yang ditentukan, Dina sudah duduk anggun dengan pakaian ehem di bibir tempat tidur hotel. Menunggu kedatangan dosen mata keranjang, sebut saja Rusman. Tepat pukul 10.00. Sebelas menit lewat dari kesepakatan, pintu kamar terdengar diketuk orang. Tanpa beranjak dari tempatknya, Dina mempersilakan Rusman masuk. “Masuk aja, Pak. Nggak dikunci,” suaranya dimanja-manjakan mirip suara Syahrini. Rusman pun masuk. Matanya menatap Dina lekat-lekat seperti hendak menerkam. “Bapak mandi dulu dong. Pasti gerah setelah perjalanan dari rumah ke sini. Macet kan?” imbuh Dina. Rusman tidak mampu berucap sepatah kata pun. Bibirnya terkunci seperti kotak amal di masjid dan musala. Dia hanya senyam-senyum. Bak kerbau dicocok hidungnya, dia patuhi semua perintah Dina. “Bapak yakin tidak ada yang tahu ketika Bapak ke sini?” tanya Dina. Sambil berjalan ke kamar mandi, Rusman mengangguk. Mantab-ek. “Yakin?” lajut Dina. Rusman yang hampir seluruh tubuhnya sudah masuk kamar mandi seperti ditarik atret untuk sekadar menunjukkan anggukannya kepada Dina. “Ya sudah. Hati-hati di dalam. Jangan sampai jatuh. Bisa stroke lho,” tutur Dina. Terdengar sower menyala. Tidak lama kemudian Rusman sudah muncul di pintu kamar mandi. “Kok sebentar amat. Bebek saja butuh waktu setengah jam untuk membasahi tubuhnya,” kata Dina. “Lagian, ngapain pakaian kotor Bapak pakai lagi. Kan ada handuk bersih di dalam?” kata Dina. Nada manjanya semakin terdengar manja. Ditambah desah-desah di sana sini. Mental Rusman tampaknya tertabok. Seolah berdiri di simpang jalan. Antara belok kanan agar secepatnya bisa meng-ehem-ehem Dina dan belok kiri untuk membuktikan bahwa dirinya tidak mau mengecewakan Dina. Lebih dari 20 menit kemudian Rusman keluar dari kamar mandi. Tubuhnya hanya dibalut kain handuk. Dina menahan tawa. Sebab, sejujurnya Rusman terlihat lebih mirip lemper basi ketimbang seorang lelaki. Yang membuktikan Rusman sebagai lelaki hanya tonjolan handuk di bawah perut. Rusman sudah berusaha menekuk tonjolan itu, tapi selalu kembali pada posisi semula. Kayak mainan jungkat-jungkit di halaman sekolah TK. Mungkin Rusman sempat menenggak obat kuat saat mandi. Untuk menyamarkan tonjolan itu, Rusman bergegas duduk di samping Dina. Pada saat bersamaan terdengar pintu kamar digedor dari luar.  (jos, bersambung)    
Tags :
Kategori :

Terkait