Mengelola Sumber Air Kehidupan

Jumat 25-03-2022,20:55 WIB
Reporter : Ferry Ardi Setiawan
Editor : Ferry Ardi Setiawan

Bojonegoro, memorandum.co.id - Hari Air Sedunia diperingati bukan hanya untuk menegaskan pentingnya air bagi kehidupan. Namun mengingatkan kita, untuk menggunakan secara bijak dan menjaga kelestariannya. Kata-kata itu disampaikan Mochamad Isa (47), petani di Desa Gunungsari, Kecamatan Baureno, Kabupaten Bojonegoro. Penampilan Isa sangat sederhana. Meski tidak sempat mengenyam pendidikan tinggi, namun tutur katanya runtut dengan kalimat-kalimat yang penuh makna. Ayah dari tiga anak ini sangat menyadari pentingnya menjaga kelestarian sumber air. Di desanya, Gunungsari, sumber air itu adalah sumur permukaan yang biasa disebut sendang. Ada banyak sendang di desa ini. Setidaknya ada tiga sendang utama yang menjadi sumber air dan selalu jadi andalan saat musim kemarau. Dahulu kala, sendang-sendang tersebut mampu mengairi lebih dari tujuh desa, bahkan sampai ke wilayah Kabupaten Lamongan. Kini debit airnya mulai berkurang. Sekarang hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan pertanian dan air bersih warga sekitar. Melihat kondisi tersebut, Isa mengajak warga lainnya untuk menjaga keberlangsungan sumber air. Isa dan warga lainnya mengupayakan lebih banyak penanaman pohon yang dapat menahan air hujan di sekitar sendang. Seperti gayung bersambut, upaya ini didukung Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bojonegoro melalui Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) yang bersinergi dengan Operator Lapangan Minyak Banyu Urip, ExxonMobil Cepu Limited (EMCL). Pohon untuk Air dan Kehidupan Vegetasi yang baik dari suatu wilayah bisa meningkatkan cadangan air dan serapan karbon. Beberapa jenis pohon memiliki kemampuan menahan air lebih tinggi, misalnya pohon Gayam dan Beringin. “Di sekitar Sendang Karang, kami tanami 100 pohon Gayam dan Beringin. Supaya ketika hujan, bisa menyimpan banyak air,” ucap Isa meyakinkan. Penanaman pohon dimulai sejak September 2021. EMCL atas persetujuan SKK Migas, memulai Program Dukungan Pengembangan Ruang Terbuka Hijau di 9 desadari 5 kecamatan di Kabupaten Bojonegoro. Pada pelaksanaannya, Program Pengembangan Masyarakat (PPM) EMCL ini didampingi oleh Alas Institute, LSM dari Bojonegoro. Hingga Februari 2022, EMCL telah menanam 2.950 pohon. Mulai dari Mahoni, Trembesi, Gayam, Beringin, SonoKeling, Jambu Air, Klengkeng, Kelor, Srikaya, Sawo, dan Nangka. Lokasi sebaran tanaman ditentukan berdasarkan koordinasi dengan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Bojonegoro. Lokasinya antara lain di Desa Gunungsari dan Desa Baureno, Kecamatan Baureno, Desa Kedaton dan Desa Ngampel, Kecamatan Kapas, Desa Ngasinan, Kecamatan Padangan dan Desa Kedungsari, Kecamatan Temayang. Sedangkan untuk Kecamatan Gayam dilaksanakan di Desa Gayam, Desa Brabowan, dan Desa Sudu. “Menanam pohon hari ini, hasilnya nggak hari ini. Karena menanam pohon itu artinya kita menanam benih harapan agar tumbuh di hariesok,” ujar Isa optimis. Air Mengalir hingga ke Rumah-rumah Lain lubuk lain ilalang. Di Desa Gunungsari air sendang berkurang, di Desa Ngunut, Kecamatan Dander, sumber air bersih masih melimpah. Air jernih yang terus mengalir. Sumber ini bahkan mengalirkan air hingga menjadi Sungai Grogolan yang sering menjadi pemandian masyarakat. Saat debitnya banyak, warga menyediakan jasa water tubing. Wisata air sungai seperti arung jeram. Meski punya sumber air bersih yang baik, namun belum bisa dinikmati warga di setiap rumah. Masih banyak warga sekitar yang harus mengangkut sendiri. “Sehingga perlu pembuatan saluran kesemua rumah warga,” cetus Kepala Seksi Kesejahteraan DesaNgunut, Sunaryo. Sebenarnya, sudah ada Himpunan Penduduk Pengelola Air Minum (HIPPAM) dari desa tetangga yang sudah membuat jalur pipa dari sumber air itu, namun belum semua warga mendapatkan saluran kerumahnya. Menjawab kebutuhan tersebut, EMCL didukung SKK Migas melaksanakan Program Penataan Sumber Air di Desa Ngunut dan Desa Dander, Kecamatan Dander Kabupaten Bojonegoro. Mulai September 2021, LSM Ademos sebagai mitra pendamping EMCL membangun dua menara penampung air di kedua desa itu. Dari menara tersebut, dibuat saluran pipa air hingga kerumah warga. Kini air bersih sudah bisa dinik mati warga dari setiap rumah. Untuk Pengelolaan dan perawatan fasilitas ini, dibentuklah pengurus HIPPAM. Baik HIPPAM Desa Ngunut maupun HIPPAM Desa Dander, keduanya telah mendapatkan pelatihan dan pendampingan dari Ademos. Mulai dari manajemen aset hingga pengaturan keuangan. Melalui program ini, telah terpasang 56 Sambungan Rumah (SR) di Desa Dander dan 20 SR di DesaNgunut. “Kami akan terus mengembangkan saluran hingga 124 SR dengan anggaran dari desa,” ucap Sunaryo bersemangat. Melalui sinergi dengan pemerintah daerah, EMCL telah melaksanakan program air bersih di Kabupaten Bojonegoro, Tuban, dan Blora sejak 2008. Hingga saat ini, telah dibangun 35 menara air di 25 desa dari 13 kecamatan di ketiga kabupaten tersebut. Lebih dari 39.000 warga telah menik mati hasilnya. “Program ini merupakan bagian dukungan dan kontribusi hulu migas, khususnya di wilayah operasi Lapangan Banyu Urip dan Kedung Keris yang dioperatori EMCL untuk meningkatkan taraf kesehatan masyarakat,” ungkap External Affairs Manager EMCL, Ichwan Arifin. Menurutnya, berbagai program pengembangan masyarakat tersebut dapat terlaksana dengan baik berkat sinergi dan kolaborasi dengan pemerintah kabupaten serta didukung masyarakat. Kondusivitas ini telah menopang keberhasilan operasi Lapangan Banyu Urip dan Kedung Keris dalam penyediaan kebutuhan energi nasional. Sementaraitu, Kepala DLH Kabupaten Bojonegoro, Hanafi menyampaikan apresiasi kepada EMCL dan SKK Migas. Menurutnya, upaya-upaya Pemkab Bojonegoro dalam mewujudkan masyarakat yang sehat dan produktif bisa tercapai dengan kerjasama multipihak. “Semoga sinergi baik inia kanterus berjalan dengan baik dan terus berkem bang dalam berbagai sektor,” pungkasnya. (top/har/fer)

Tags :
Kategori :

Terkait