Surabaya, Memorandum.co.id - Kenaikan harga minyak goreng dari Rp 24 ribu per liter hingga Rp 26 per liter berdampak pada masyarakat. Kenaikan ini menyusul penghapusan kebijakan Harga Eceran Tertinggi (HET) minyak goreng yang sebelumnya ditetapkan pemerintah sebesar Rp 14 ribu per liter. Setelah Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto menghapuskan HET minyak goreng kemasan.
Ketua Umum Kadin Jatim, Adik Dwi Putranto mengatakan, kondisi ini pastinya juga sangat berpengaruh pada aktifitas produksi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) makanan yang proses produksinya menggunakan minyak goreng. Padahal jumlah UMKM makanan cukup besar, mencapai sekitar 50 persen dari total jumlah UMKM di Jatim.
"Memang sangat berpengaruh, karena kenaikan cukup tinggi. Biaya produksi akan semakin besar, apalagi kenaikan harga ini tidak hanya terjadi pada minyak goreng, Bahan Bakar Minyak dan bahan kebutuhan lainnya juga naik. Padahal seluruh UMKM yang berjualan makanan pasti menggunakan minyak goreng," ujar Adik Dwi Putranto.
Untuk itu, Adik mengimbau UMKM untuk berhitung ulang ketika memproduksi, apakah pasar akan bisa menyerap produksinya ataukah tidak. Karena dengan kenaikan harga minyak goreng dan berbagai kebutuhan lain akan berdampak pada kenaikan harga jual. Padahal daya beli masyarakat saat ini masih belum sepenuhnya pulih akibat pandemi Covid-19.
"Harapan saya teman-teman UMKM ini bisa berhitung, apakah pasar akan bisa menyerap seluruh produk yang mereka jual, kalau sekitarnya agak berat atau belum yakin bisa terjual, ya harus dikurangi, lihat respon pasar dulu agar tidak semakin rugi," tandasnya.
Padahal saat ini sebenarnya menjadi momen penting bagi UMKM untuk berlomba menaikkan produksinya karena mendekati puasa dan Hari Raya Idul Fitri. Ia berharap, pemerintahan segera turun tangan agar harga minyak goreng kembali stabil.
"Ya bisa dengan melakukan operasi pasar minyak goreng dengan jumlah yang lebih besar di banyak titik agar masyarakat bisa mendapatkan minyak goreng dengan harga terjangkau," ujar Adik.
Adik optimistis harga minyak goreng tidak akan lama berada di level tertinggi. Bahkan ia memprediksi harga minyak goreng akan kembali turun di awal puasa karena penurunan harga minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) di pasar global.
Mengacu pada data Refinitiv, Kamis (17/3/2022) pukul 08:20 WIB, harga CPO dibanderol di level MYR 5.978/ton atau anjlok 1,47 persen. Dengan begitu, harga CPO membukukan kenaikan sebanyak 57,36 persen secara tahunan, tapi masih drop 14,12 persen secara mingguan.(day)