Sok Berkuasa, Suka Ngatur (1)

Kamis 10-03-2022,10:10 WIB
Reporter : Agus Supriyadi
Editor : Agus Supriyadi

Pecat dan Usir ART

Ibu mau istri saya bisa segala hal. Bagi saya itu wajar. Didikan yang bagus buat istri biar nggak manja. Tapi, ternyata permintaan itu menjadi masalah bagi kami.”   Itulah sepenggal kalimat yang diucapkan seoran pria, seebut saja Didik, kepada pengacara, sebut saja Ikin, dekat tempat  kerjanya, kawassan Pengadilan Agama (PA) Jalan Ketintang Madya Suabaya, beberapa waktu lalu. Selama in perjalanan rumah tangga mereka tidak ada persoalan apa pun. Dewi, istrinya, yang bekerja di pabrik alat-alat rumah tangga dapat mengatur waktu dengan baik. Dewi bisa memilah kapan harus bekerja, kapan harus memanjakan suami, kapan harus mencurahkan perhatian ke anak-anak, dll dsb dst. Mereka memang sudah dikaruni dua momongan yang lucu. Untuk melewati  semua tanggung jawab tadi, Didik dan Dewi dibantu seorang asisten rumah tangga berumur sekitar 15 tahunan, sebut saja Sarijem. Didik sendiri aparatur sipil negara yang ditempatkan sebagai staf kantor kecamatan. Persoalan mulai timbul sejak ibunda Didik, sebut saja Maria, tinggal bersama mereka di kawasan Gubeng. Sebelumnya Maria sempat tinggal bersama kakak Didik di Jakarta pasca kematian ayahanda Didik, dua tahun lalu. Kakak Didik adalah satu-satunya di antara tiga bersaudara yang paling sukses. Dia menjadi pejabat di departemen keuangan dengan jabatan cukup tinggi. “Ibu sering menasihati Dewi agar bisa jadi perempuan sempurna. Bisa segala hal. Bisa ngurus rumah tangga, termasuk memasak dan membereskan rumah, serta mendidik anak-anak,” kata Didik. Didik mengaku diam saja mendengar nasihat itu karena memang ada benarnya. Agar istri tidak manja. Tapi, suatu saat Dewi mengadu kepadanya bahwa ibunya menuntut terlalu berlebihan.  “Istri merasa diperah sama Ibu. Merasa dianggap sebagai pembantu. Apa bukan istri saya yang berlebihan menilai Ibu ya? Ibu kan bermaksud baik mendidik menantu agar menjadi perempuan sempurna,” tulis Didik dalam email-nya. Awalnya Dewi masih bisa menerima perlakuan ibu mertuanya. Lebih tepatnya, terpaksa menerima perlakuan ibu mertua. Hingga suatu saat tanpa rembugan dengan siapa pun, Maria memberhentikan asisten rumah tangga mereka. Tiba-tiba saja asisten rumah tangga (ART) tadi pamit kepada Dewi. Dengan lelehan air mata. Ketika ditanya, gadis yang pada zaman Orde Baru disebut jongos atau buruh itu tidak menjawab. Hanya mengucurkan air mata dan menggeleng. Saat itu justru Maria yang menjawab pertanyaan Dewi. “Dia saya berhentikan,” kata Maria, yang benar-benar sangat mengagetkan Dewi. Dewi sempat hendak protes dengan menanyakan alasan Maria, tapi perempuan sepuh itu sudah menjelaskan sendiri alasannya, “Buat apa ada dia (asisten rumah tangga, red)? Kamu kan bisa menyelesaikan semuanya sendiri.” (jos, bersambung)  
Tags :
Kategori :

Terkait