Pasuruan, memorandum.co.id - Sedekah bukan hanya berwujud uang. Sebuah gerakan peduli lingkungan dengan tema "Sedekah Pohon" dilakukan di Bangil, Kabupaten Pasuruan.
Acara yang diikuti unsur pemerintahan, siswa dari pondok pesantren, dan perangkat desa itu sebagai wujud Gerakan Manunggal Antar Umat Beragama dan Peduli Lingkungan. Mereka di antaranya relawan peduli lingkungan dari Yayasan Pesantren Islam (YAPI) Bangil, Pasuruan yang sejarahnya didirikan oleh Ustadz Husein bin Abu Bakar Al-Habsyi.
Aksi Bareng ini didukung Majelis Ulama Indonesia (MUI). Kemudian, juga turut serta Ahlus-Sunnah Wal-Jama'ah (Aswaja). Kepala Desa Kenep beserta perangkatnya serta elemen masyarakat setempat.
Kegiatan peduli lingkungan ini diawali di dalam Gedung Serba Guna YAPI dengan penyampaian sejumlah materi. Dilanjutkan penanaman pohon di lingkungan pondok dan sekitarnya, di Desa Kenep.
"Tujuan kegiatan ini selain untuk menjaga keberlangsungan hidup dan bumi serta melawan global warming. Juga untuk mengasah skill kesiswaan, sekaligus untuk oleh- oleh atau bekal bagi mereka (para santri) saat di rumah," kata Kepala Asrama Pondok Pesantren YAPI, Ustad Saiku.
Ditambahkan, di Asrama YAPI ada 200-an santri putra dan 260-an santri putri dari berbagai daerah.
Kepala Asrama yang juga Humas Ponpes YAPI tersebut menambahkan, penghijauan yang dilakukan merupakan bentuk kesadaran untuk menyelamatkan bumi dan isinya dari ancaman Pemanasan Global.
Diharapkan, penanaman pohon yang dilakukan bisa ditiru oleh gerakan lainnya, dan dilakukan di berbagai tempat. Mewakili MUI setempat, Awaludin, mengatakan sangat mendukung kegiatan positif tersebut. Menurutnya, jika dilakukan merata, sama artinya ikut menyelamatkan generasi yang akan datang.
"Ini bagian dari Sunnahtullah, Artinya, jangan mewariskan kerusakan untuk generasi mendatang, yakni anak cucu kita," katanya.
Ajakan juga dilontarkan kepada semua elemen di Pasuruan, baik dari latar belakang suku, agama atau etnis yang berbeda. Untuk bahu membahu melakukan gerakan menanam dan tidak membiarkan lahan kosong atau terlantar.
"Tanpa membedakan suku, agama atau etnis kita semua harus menunjukkan kebersamaan, menyelamatkan bumi yang kita tinggali ini. Dan, akan terus bermanfaat untuk anak cucu kita," katanya.
Sebanyak 50 siswa dari YAPI, mereka berbaur bersama Kepala Desa Kenep, Nur Sholeh bersama 15 orang perangkat desa setempat. Serta juga dihadiri Komandan Koramil setempat dengan 7 orang personel.(epe)