Meski masih belum begitu terkenal jika dibandingkan dengan tenun ikat khas Indonesia bagian timur, tenun ikat khas Lamongan ini sudah berkembang sejak zaman kolonial Belanda, dan telah merambah pasar internasional.
Tenun yang memiliki pusat kerajinan di Desa Parengan Kecamatan Maduran ini memiliki ciri motif khas Lamongan, salah satunya yakni motif gunung. Selain itu, ciri khas lain adalah kainnya yang lebih halus dan tidak begitu tebal yang memberikan kesan dingin, sesuai dengan kondisi geografis Lamongan yang terletak di wilayah Pantura dengan suhu udara yang cukup panas.
Menggunakan pewarna kimia karena dianggap lebih awet, tenun ikat Parengan ini dalam pengerjaannya masih menggunakan alat tradisional dari kayu. Meski demikian kisaran harga kain ini masih tergolong murah, yakni kisaran 150.000 hingga 900.000 rupiah, tergantung motif dan kerumitan pengerjaan kain.
"Event-event seperti ini sebagaimana yang dikatakan Ibu Gubernur Jatim, merupakan saat yang tepat untuk kita membangun konektivitas di antara kekayaan budaya yang kita miliki. Sama seperti Bu Khofifah yang hari ini memakai kain tenun ikat, saya juga memakai kain yang sama, hanya saja ini khas asli Parengan Lamongan. Melalui event ini, Saya ingin memperkenalkan kepada semua orang bahwa Lamongan juga memiliki kain tenun ikat dengan kualitas yang luar biasa dan tidak kalah saing," terang Pak Yes.
Selain itu, pada kesempatan tersebut Pak Yes juga menerima sertifikat penetapan WBTB (Warisan Budaya Tak Benda) tahun 2021 untuk budaya Mendhak Sangring asal Tlemang Lamongan.
"Alhamdulillah, pada kesempatan ini telah diberikan sertifikat penetapan WBTB untuk budaya Mendhak Sangring. Saya berharap kedepannya Kapal Ijon-ijon dan budaya-budaya khas dari Lamongan lainnya juga bisa ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda asli Lamongan," tambah Pak Yes.
Berbagai upaya pemerintah dalam melakukan percepatan untuk membangkitkan sektor pariwisata terus dilakukan. Salah satunya dengan mengedepankan sinergitas bersama para penggiat industri pariwisata. Untuk menjaga kolaborasi tersebut, Pemprov Jatim melalui Disbudpar Provinsi Jatim memberikan apresiasi setinggi-tingginya kepada para insan pariwisata yang terus berkreasi untuk membangkitkan sektor pariwisata melalui EJTA.
EJTA (East Java Tourism Award) merupakan event tahunan yang diselenggarakan dengan tujuan untuk mendorong pelaku wisata baik di kabupaten atau kota untuk berperan aktif dengan harapan pariwisata Jawa Timur dapat lebih dikenal dan dikembangkan secara berkelanjutan. (*/gus)