Semakin Ngawur

Sabtu 27-11-2021,11:11 WIB
Reporter : Agus Supriyadi
Editor : Agus Supriyadi

Aksi unjuk rasa yang dilakukan organisasi massa (ormas) Pemuda Pancasila di depan gedung DPR RI (Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia) ricuh, menyusul pengeroyokan terhadap seorang perwira polisi berpangkat AKBP (ajun komisaris besar polisi). Tepatnya kepala bagian ormas Ditlantas Polda Metro Jaya, yang hadir untuk pengamanan unjuk rasa, Kamis (25/11). Kericuhan dalam aksi itu menyebabkan korban cedera kepala akibat pukulan benda tumpul, hematoma, dan luka robek di bagian perut hingga membuat aparat kepolisian marah besar. Itulah yang diperlihatkan Kapolres Metro Jakarta Pusat Kombespol Hengki Haryadi ketika berdiri di atas mobil di tengah-tengah pengunjuk rasa. Aparat kepolisian langsung meminta koordinator unjuk rasa untuk bertanggung jawab dengan cara menyerahkan oknum-oknum pelaku penganiayaan sebelum aparat kepolisian mengejar mereka. Ormas Pemuda Pancasila pun kooperatif. Terbukti tak lama aksi berlangsung, aparat kepolisian menetapkan 15 orang tersangka dari 20 orang yang diamankan dalam kasus penganiayaan ini. Sejujurnya, kemarahan ormas Pemuda Pancasila kali ini wajar dan memang layak mereka berunjuk rasa. Apalagi kemarahan mereka dipicu pernyataan anggota DPR RI Junimart Girsang yang gak ada hujan gak ada angin tiba-tiba menyuarakan agar ormas Pemuda Pancasila bersama FBR (Forum Betawi Rempuk) dibubarkan. Tambahan lagi, yang gak dapat dianggap benar oleh ormas Pemuda Pancasila, pembubaran yang diinginkan itu disamakan dengan pembubaran FPI (Front Pembela Islam). Tentu makin menjadi panas dan menggelorakan kemarahan ormas Pemuda Pancasila hingga memicu demo. Yang mengherankan dan menimbulkan pertanyaan kok tiba-tiba ada yang ingin membubarkan ormas Pemuda Pancasila atau FBR. Apa kesalahan fatal yang dilakukan kedua ormas itu? Sementara semua tahu kedua ormas itu memiliki sejarah panjang sebagai organisasi yang lahir dari masyarakat dan sudah mampu membuktikan diri ikut mewarnai perkembangan atau pun pembangungan negeri ini. Pertanyaan lain yang lebih menjurus kepada praduga politis, apakah kedua ormas ini dianggap salah satu kerikil pengganggu dinamika politik Indonesia hingga memberi ancaman terhadap kehebatan oligarki yang saat ini memperlihatkan diri sebagai kelompok superior. Atau lebih tajam lagi kenapa hanya dua ormas itu yang disasar (untuk dibubarkan) padahal di negeri ini berjubel ormas-ormas lain yang tak kalah hebatnya dengan ormas Pemuda Pancasila atau FBR? Menjawab berbagai pertanyaan itu tidak mudah. Banyak dugaan dan prediksi-prediksi liar yang muncul atau dimunculkan oleh segolongan atau kelompok-kelompok tertentu yang ingin dianggap berjasa atas persoalan ini. Tapi yang pasti, meski sudah meminta maaf usai membuat kegaduhan, Junimart Girsang bukanlah politisi ketengan atau politisi “anak kemarin”. Bisa jadi politisi partai PDI-P ini memiliki agenda penting atau minimal punya tujuan tersembunyi mengingat pemilihan presiden 2024 bak memperebutkan madu yang rasa serta baunya manis dan menyengat. Apalagi kalau melihat sosok Junimart Girsang tidak mungkin dirinya tak memiliki kekuatan. Paling tidak, Junimart Girsang memiliki pendukung fanatik pemilih di daerah pemilihannya ketika mengadu nasib menjadi anggota DPR RI. Sebab dia juga termasuk salah satu tokoh penting PDI-P. Kalau sudah begini, gak kebayang andai pendukung Junimart Girsang melakukan aksi unjuk rasa tandingan, apa yang akan terjadi. Lantas di balik aksi unjuk rasa ormas Pemuda Pancasila pekan ini, siapa yang untung dan siapa yang buntung? Atau, apakah ini bentuk ketidakpahaman dan kecanggungan penguasa merespons perkembangan berbangsa sehingga bertindak semakin ngawur?(*)          

Tags :
Kategori :

Terkait