HUT Ke-85 Pusura, Perkuat Gotong Royong Lawan Pandemi Covid-19

Minggu 26-09-2021,22:08 WIB
Reporter : Ferry Ardi Setiawan
Editor : Ferry Ardi Setiawan

Surabaya, memorandum.co.id - Sejak dilahirkan pada 26 September 1936, Putra Surabaya (Pusura), dulu bernama Poetra Soerabaja (Poesoera), telah mengalami pasang surut sepanjang perjalanannya. Mulai dari mengawal kemerdekaan hingga meneruskan semangat perjuangan di era digitalisasi. Tak pernah sedikitpun pengurus Pusura lelah merajut napas dalam ragam sosial, budaya, dan olahraga di Kota Pahlawan. Menginjak usia yang ke-85 pada 2021 ini, Pusura bertekad untuk terus mengobarkan semangat kebersamaan dan gotong royong. Khususnya dalam menumpaskan pandemi Covid-19 di Ibu Kota Jatim. Untuk mewujudkan itu, Pusura mengajak seluruh elemen masyarakat bersatu. Tak mudah, namun arek Surabaya disebut punya karakter pejuang. Yang rela berkorban sama-sama, demi meraih kesejahteraan. "Perkumpulan Pusura juga ditunjang oleh organisasi otonom. Di antaranya seperti LBH Pusura, Wanita Pusura, POB (Persatuan Olahraga Beladiri), Gemaas (Generasi Muda Arek-arek Surabaya) Pusura, dan Pemuda Pusura. Sehingga dengan semangat gotong royong, kami bertekad untuk ikut terjun dalam penanganan pandemi Covid-19 di Surabaya," tegas Sekretaris Umum Perkumpulan Pusura Hoslih Abdullah, Minggu (26/9/2021). Di Hari Jadi Perkumpulan (HJP) Pusura yang ke-85 tahun, pengurus mengadakan tasyakuran dan tadarus atau mengaji sebagai wujud mengenang jasa para pendiri Pusura, yang diisi oleh para tokoh kemerdekaan. Salah satunya seperti Dr Sutomo, Dr Soewandi, KH Mas Mansyur, Roeslan Abdul Gani, dan Doel Arnowo. "Karena masih pandemi Covid-19, rangkaian acara hari jadi kami buat sesederhana mungkin untuk menghindari kerumunan. Sehingga kami gelar tasyakuran dengan undangan terbatas. Ini sebagai bentuk kirim doa kepada para pendiri Pusura," terang Cak Dullah, sapaan akrabnya. Berangkat dari para pendiri yang berjumlah sembilan elite nasional itu, Pusura menjelma menjadi organisasi yang tak hanya fokus mengembangkan sektor ekonomi dan sosial, melainkan turut mengawal pendidikan dan keolahragaan. "Pusura memulai langkah sebagai organisasi kemasyarakatan yang independen. Sehingga ini yang harus dijaga bersama-sama. Tentu kami yakin, karena Pusura diisi oleh kaum intelektual yang tak mudah dipecahbelah," tegasnya. Meski demikian, di usia yang sudah kelewat matang ini, Pusura mencoba memahami kondisi di era masa kini. Kaderisasi otomatis tak bisa dihindari. Melatih komitmen dan konsistensi para milenial menjadi PR Pusura. Menyongsong era yang akan datang, Pusura berencana menelurkan program-program yang membangun jiwa anak muda agar melek sejarah. Dengan begitu, para penerus tetap membawa Pusura menjadi organisasi tertua di Surabaya yang independen. "Komitmen itu harus dibangun. Jangan lupakan sejarah. Dari mana dan bagaimana Pusura ini dibentuk. Harapan kami, Pusura terus bergerak sebagai organisasi kemasyarakatan yang independen dan mengawal pembangunan dari bawah," pungkas Cak Dullah yang juga Ketua Umum Pemuda Pusura. (mg-3/fer)

Tags :
Kategori :

Terkait