Menanti Senja di Pos Lintas Batas Negara

Kamis 23-09-2021,21:21 WIB
Reporter : Ferry Ardi Setiawan
Editor : Ferry Ardi Setiawan

Papua, memorandum.co.id - Pesona Kabupaten Merauke sudah tak bisa diragukan lagi. Selain kental dengan nuansa masyarakat Jawa, Merauke juga kerap jadi buah bibir masyarakat Indonesia. Merauke juga menjadi judul lagu Dari Sabang Sampai Merauke. Namun, lagu tersebut tidak serta merta langsung tenar. Ada beberapa perubahan di dalam judul dan liriknya. Lagu itu diciptakan R Soeharjo, dengan judul aslinya "Dari Barat Sampai ke Timur. Namun, pada 6 Mei 1963, lagu itu mendapat perubahan oleh Presiden pertama Ir Soekarno menjadi judul seperti sekarang. Nah, sembari menunggu perhelatan PON XX Papua yang akan dimulai beberapa hari lagi, saya dapat kesempatan mendatangi titik nol kilometer di Distrik Sota. Distrik Sota adalah kecamatan di Merauke yang terletak kurang-lebih 100 km dari Kota Merauke. Untuk mencapai Distrik Sota, saya beserta rombongan Satgas Kontingen menempuh perjalanan menggunakan mobil pribadi. Jika ditotal, saya menghabiskan waktu dua jam. Sepanjang jalan, saya melihat pohon minyak kayu putih, semak belukar, dan rawa-rawa. Meski jalur yang kita lalui sudah diaspal, namun banyak rombongan yang dibuat mual karena permukaan bergelombang alias tidak rata. Namun, udara sejuk seketika membuat saya terpesona dengan keindahan tersebut. Setiba di ujung persimpangan, saya beserta rombongan lain meminta sopir berhenti. Saat itu, saya ingin berswafoto di tugu yang hanya ada dua di Indonesia. Tugu Merauke namanya. Setelah puas, perjalanan lanjut ke lokasi tujuan yakni nol kilometer. Jarak 500 meter sebelum titik nol kilometer, ada pos penjagaan TNI. Sopir diwajibkan mengurangi kecepatan laju mobil. Tepat di depan pos penjagaan, sopir turun melapor. Tidak lama, kami melanjutkan perjalanan. Saat turun dari mobil, teriakan rasa kagum seketikan menyeruak dari arah rombongan. "Alhamdulillah ya Allah. Tuntas sudah mimpi saya mengunjungi sesuai lagu Dari Sabang Dari Merauke," teriak salah satu rombongan. Sayang, di ujung jalan, kita terhalang oleh pagar besi setinggi empat meter. Pagar itu yang menjadi batas penjagaan Negara Republik Indonesia dan Negara Papua Nugini. Di lokasi tersebut, kerap menjadi destinasi wisata warga dan wisatawan. "Maaf mas untuk saat ini tempat ini masih ditutup karena belum peresmian. Kalau dulu ada masyarakat yang masuk tapi pakai surat KLB (kartu lintas batas)," kata Deni, anggota penjagaan di pos lintas batas negara (PLBN) Sota. Puas berswafoto, saya bergeser di sudut selatan. Di sana, ada sederetan rumah toko (ruko) yang berjualan pernak pernik khas Bumi Cenderawasih. Di sana, bisa didapatkan beberapa barang yang tidak bisa diperoleh di lokasi lain. Ada topi burung Cenderawasih, tas Noken hingga aksesoris lain. Harga di sana pun relatif murah. Mulai Rp 60 ribu hingga Rp 2 juta. (fdn/fer)

Tags :
Kategori :

Terkait