Mertua Kompor Ngebros (1)

Jumat 10-09-2021,10:10 WIB
Reporter : Agus Supriyadi
Editor : Agus Supriyadi

Pose Doggy Style pun Gagal

Delapan tahun berumah tangga setelah dua tahun berpacaran, hubungan Ninik vs Salam (keduanya samaran) mulai goyang. Mereka berseteru di Pengadilan Agama (PA) Surabaya. Salam terang-terangan menalak cerai Ninik karena wanita ini tak bisa memberikan keturunan. Itu intinya. Tapi, itu bukan murni kehendak Salam. Ada pihak ketiga di balik rencana perceraian warga Wonokromo tersebut. Dari berkas yang diperoleh Memorandum dari pengacara Ninik, terungkap bahwa kedua orang ini sudah menempuh berbagai cara untuk membuat Ninik hamil. Tapi, tidak satu pun cara-cara itu membuahkan hasil. Mengonsumsi jamu kesuburan ala Madura hingga menyantap rumput Fatimah ala Arab Saudi; berproses produksi ala doggy style hingga cara santun ala Kamasutra; sampai minta jampi-jampi ke dukun klasik hingga konsultasi ke Mbah Google, hasilnya nihil. “Saya belum juga hamil,” keluh Ninik kepada pengacaranya di area sekitar PA, beberapa waktu lalu. Kebetulan Memorandum di berada kantor di sana. Diakui, sebenarnya Salam tak memasalahkan mereka punya anak atau tidak, yang penting saling pengertian. Itu saja. Justru mertua perempuannyalah, sebut saja Mama Iin, yang ngotot agar Salam-Ninik punya anak. Jalan tengah pernah dijadikan wacana. Atas saran Mama Iin, pasangan suami-istri ini sebaiknya menempuh upaya bayi tabung. Namun, saran tersebut ditolak Ninik dengan alasan prosesnya tidak alami. “Sempat terjadi otot-ototan antara aku dan ibu mertua. Karena aku yang harus menjalani, aku bertahan pada pendirianku. Aku bergeming,” kata Ninik. Menikah pada 2012, Ninik yang memiliki kantin di sebuah SMA negeri ini pernah punya usul untuk mengambil anak angkat. Namun, usulan tersebut tidak disetujui karena yang dia usulkan diadopsi berasal dari keluarga Ninik. Keponakan jauhnya. “Lucunya, saat adik Mas Salam yang nglairin, Mama (panggilan Ninik ke Mama Iin, red) ngotot agar kami ngadopsinya. Alasannya adik Mas Salam punya empat anak, nanti kerepotan mengasuh anaknya yang baru lahir,” kata Ninik sambil melirik pengacara berdarah Madura yang selalu tampil sederhana ini. Ninik tidak memasalahkannya. Dengan senang hati diasuhnya sang keponakan. Saat itu si baby masih berusia tujuh hari. Baru pupak puser. “Kami pun mengasuh bayi itu. Namanya Tasya, cantik dan lincah,” tambahnya. Sayang, kebahagiaan itu tidak bertahan lama. Tasya jatuh sakit. Dia kejang-kejang cukup lama hingga tak sadarkan diri. Dan akhirnya meninggal. Berbagai upaya medis dilakukan, tapi tidak berhasil. “Waktu itu dia dalam gendonganku. Tiba-tiba kejang. Wong Jowo ngarani step. Om paham?’’ tutur Ninik kepada Memorandum. Tampak dia tidak dapat menyembunyikan kesedihannya mengenang itu. Diakui Ninik, meski baru setahun mengasuh Tasya, kedekatannya dengan gadis cantik ini sudah mendarah daging. “Tasya sudah seperti anak kandung sendiri. Dia selalu memanggil mama-mama setiap bangun tidur,” imbuhnya. Ada nuansa kerinduan pada nada bicaranya. Kesedihan ditinggalkan Tasya berefek karambol. Mama Iin jatuh sakit tidak lama setelah itu. “Om tahu apa yang dikatakan Mama? Menyakitkan, Om. Aku dibilang wanita pembawa sial. Wanita mandul perenggut nyawa.” (jos, bersambung)
Tags :
Kategori :

Terkait