Dari Batik Tulis Bunakem, Sabet Award Bunda Pahlawan Ekonomi

Jumat 27-08-2021,15:24 WIB
Reporter : Aziz Manna Memorandum
Editor : Aziz Manna Memorandum

Surabaya, memorandum.co.id - Jiwa seni batik sebenarnya sudah ada sejak kecil pada diri Sri Hartatik, pembatik yang tinggal di Wisma Kedung Asem Indah Blok G nomor 18, Rungkut, Surabaya. Sejak belia, Bunda, sapaan Sri Hartatik yang dilahirkan 1947 silam di Pare, Kediri ini sudah mengenal batik dari neneknya, yang pensiunan Polri. Dari sini, Bunda pun mencoba dari awal untuk bisa mengikuti jejak sang nenek yang waktu itu membatik dengan motif alam. Dengan nama pertama Batik Lansia pada 2015, Bunda pun mulai merintis bersama lansia lainnya yang berada di sekitaran Kedung Asem. Selanjutnya, untuk lebih mengenalkan kawasan, Batik Bunda Lansia berubah nama menjadi Batik Tulis Kedung Asem. Batik tulis ini semakin dimintai masyarakat, baik itu lokal maupun luar negeri. Akhirnya, nama batik tulis ini kembali berubah yaitu Batik Tulis Bunakem (Buah Naga Kedung Asem). Dari kesabarannya menggeluti usaha batik ini, pada 2016, Bunda mendapatkan Award Bunda Pahlawan Ekonomi 2016 dari Wali Kota Tri Rismaharini. Yang membanggakan Bunda saat atas penghargaan itu, se-Surabaya hanya diberikan kepada 10 orang Pahlawan Ekonomi. "Sangat bangga karena hanya sepuluh orang saja yang dapat," ujar Bunda yang juga biasa dipanggil Bu Hartatik ini. Rezeki pun mengalir. Banyak pembeli yang datang ke rumah dan memborong hasil karyanya bersama lima lansia sekitar Kedung Asem. "Ada tamu-tamu dibawa ke Amerika Serikat 10 potong, ke Perancis 15 potong, Riau (5 potong), Bandung (10 potong), dan Bali (10 potong)," ujarnya. Bunda menjelaskan, ketertarikan pembeli terhadap karya batiknya karena tidak ada yang sama motifnya. "Yang disukai mereka itu. Meski pesan banyak, tidak ada yang sama motifnya," ujarnya. Selain itu, untuk per potong kain batik dengan panjang sekitar dua meter lebih itu dibandrol Rp 150 ribu hingga Rp 500 ribu. "Untuk motif macam-macam. Ada yang batik Surabaya," ujarnya. Untuk menambah daya tarik pembeli, ada berbagai jenis batik yang ditawarkan seperti Batik Madura, Lasem, dan Banyuwangi. "Kita sama-sama belajar dan bertukar pikiran soal batik. Sehingga banyak motif dan berbagai macam dari daerah," ujar Bunda. Diakui Bunda, memang ketika pandemi Covid-19 ini penghasilan menurun. Namun, dirinya tidak menyesali hal tersebut. "Sebelumnya lumayan. Tapi tidak apa-apa, kan kain," jelasnya. Di masa pandemi ini, para lansia yang membantu membatik mengerjakannya di rumah masing-masing. "Supaya tidak berkerumun. Dan tetap saya beri waktu pekerjaannya. Apakah itu menggambar, canting, mewarnai. Tapi kalau menyelupkan kain tetap di rumah saya," pungkas Bunda. (fer)

Tags :
Kategori :

Terkait