Ditolak Warga Gunakan Sekolah, Alihkan Lokasi Isoman di Lapangan Futsal dan Bangunan Aset Pemkot

Jumat 23-07-2021,17:27 WIB
Reporter : Syaifuddin
Editor : Syaifuddin

Surabaya, memorandum.co.id - Rencana Pemkot Surabaya menggunakan sekolah sebagai lokasi isolasi mandiri (isoman) di masing-masing kelurahan mendapat penolakan warga. Namun, dari beberapa penolakan tersebut ada solusi dan win win solution yang ditawarkan warga untuk pemkot. Seperti di SDN Gunungsari I, akhirnya pindah lokasi di lapangan olahraga (lapangan futsal) belakang Kelurahan Gunungsari. Sedangkan penolakan warga di sekitar SDN Gubeng I/204 yang sempat viral dialihkan di aset pemkot berupa rumah di Jalan Nias 110. Seperti dikatakan Camat Dukuh Pakis Iin Trisnoningsih, bahwa pihaknya mengakomodir keberatan warga dan mengalihkan rencana SDN Gunungsari I sebagai tempat isoman OTG (orang tanpa gejala). “Ya tidak apa-apa, yang namanya warga kadang takut dijadikan tempat untuk isolasi walau itu hanya untuk OTG dan terpusat dan nanti dijaga. Kita mengakomodir keberatan warga itu dan sudah dialihkan,” jelas Iin, Jumat (23/7/2021). Lanjut mantan Lurah Pacar Kembang ini, pihaknya yang sudah menyosialisasikan kepada warga akhirnya mengalihkan di belakang kantor Kelurahan Gunungsari. “Mungkin dekat dengan permukiman dan memang juga tidak terlalu lebar dan sudah dialihkan ke lapangan futsal (lapangan olahraga) belakang kantor Kelurahan Gunungsari,” jelasnya. Dipilihnya sekolah, lanjut Iin, karena bisa menjadi lokasi isoman terpusat di tiap masing-masing kelurahan. Selain itu, untuk bangunan siap dan tinggal membersihkan saja. “Karena persiapan sudah matang dan tinggal membersihkan ruangan, ada toilet, dan penanganan lebih cepat. Ini agar tidak terjadi penularan kepada keluarga,” tambahnya. Di Kecamatan Dukuh Pakis yang terdir dari empat kelurahan, lanjut Iin, selain SDN Gunungsari I yang dialihkan tersebut, juga menggunakan bangunan sekolah lain dan itu semua diterima oleh warga. “Ada SDN Pradah Kalikendal I, SDN Dukuh Pakis I, dan SDN Dukuh Kupang II,” pungkas Iin. Sementara itu, Plt Camat Gubeng Dedik Arianto mengatakan, bahwa pihaknya Kamis (22/7/2021) malam mengumpulkan warga di Kelurahan Gubeng untuk mencari solusi terkait penolakan SDN Gubeng I/204. “Semalam, 21.30 kita kumpulkan. Saya bersama tiga pilar dan memberikan sosialisasi,” jelas Dedik. Lanjut Dedik yang juga Kadis Pemadam Kebakaran Kota Surabaya ini, bahwa ada satu hal prinsip yang disampaikaan mereka dan menurut Analisa bahwa itu masuk akal. “Salah satunya akses melalui pasar terutama kalau sore, mobil kesulitan untuk masuk. Kami pertimbangkan, dikhawatirkan kalau sewaktu-waktu pasien itu dilakukan tindakan medis yang segera, ambulans susah masuk maka setelah pertimbangan itu kami membatalkan lokasi tersebut,” jelasnya. Tambah Dedik, warga mengusulkan satu lokasi yang memenuhi kriteria yaitu di Jalan Nias 110. Rumah lama milik aset pemkot yang sudah mangkrak dua tahun dan kondisinya kotor, dan warga siap bahu membahu kerja bakti menondisikan agar layak sebagai tempat isolasi “Tadi pagi, bersama-sama warga dengan pemkot membersihkan lokasi dan Insya Allah siang ini sudah ready,” tambah Dedik. Penolakan lainnya warga sekitar SDN Barata Jaya, padahal lokasi sangat layak. Selain jalan lebar, belakang ada lapangan kosong. Tapi warga egonya tetap tidak mau dan menolaknya. “Warga sekitar SDN Barata Jaya sudah kita kumpulkan. Sosialisasikan dan keluhan sudah diberikan penjelasan, mereka menerima. Tapi hanya RT 3 yang berketempataan itu tetap menolak tanpa alasan apapun. Pokoknya menolak, dan mengaku psikis takut dan menolak,” ujarnya. Ketua RT 3 tersebut juga menjelaskan, bahwa nanti anak-anak bisa ketularan di sekolah, karena setiap hari di sekolah dan ia tidak mengkin mengurung tiap hari di rumah. “Saya sampaikan nuwun sewu, meskipun itu tidak dijadikan tempat isolasi anak-anak tidak boleh keluyuran ke sekolah. Selama darurat mereka harus isolasi di rumah dan tidak boleh keluyuran dan sebagai apalagi di tempat isolasi. Semua keluhannya sudah dijelaskan juga oleh puskesmas, tapi mereka ngotot dan tidak menyetujui,” lanjut Dedik. Tapi, dari enam RT, hanya satu RT saja (Ketua RT 3/RW 5) yang menolak karena berketempatan. “Ada Salah satu RT menyampaikan kepada kami, bahwa dirinya trauma dan imun menurun mendengar ambulans. Saya perintahkan ambulan saat masuk dari jalan besar sudah mematikan sirine dan lampu. Kalau bapak trauma ambulans, nanti kita angkutnya pakai mobil operasional,” tegasnya. Selain di SDN Gubeng I/204 yang dialihkan ke gedung Jalan Nias 110, sekolahan lain yang digunakan adalah SDN Airlangga (dekat Kecamatan Gubeng), SDN Pucang Jajar, SDN Pucang Windu, SDN Mojo 6, dan SDN Barata Jaya yang masih ada penolakan warga. (fer/udi)

Tags :
Kategori :

Terkait