Tak Sengaja Bibir Kenanga Serempet Bibir Jono, Krenyeng

Rabu 24-07-2019,09:00 WIB
Reporter : Agus Supriyadi
Editor : Agus Supriyadi

Oleh: Yuli Setyo Budi, Surabaya Hingga mata terpejam, Jono belum mampu memutuskan: jadi menikahi Kenanga atau mengurungkannya. Padahal, dia sudah telanjur menawari gadis tersebut dan mendapatkan lampu hijau. Tapi tanpa izin Nia? Seiring perjalanan waktu, tampaknya ego dan nafsu Jono lebih unggul ketimbang kasih sayangnya kepada Nia. Apalagi pasca kejadian sore itu, menjelang tutup showroom. Ketika Jono bersiap-siap pulang, tiba-tiba Kenanga masuk ruang kerjanya. Dan surprise… gadis itu membawa kue tart kecil berhiaskan dua lilin angka menandakan angka 49. “Selamat ulang tahun,” ucap Kenanga sambil menyodorkan pipi kiri dan pipi kanannya. Tak sengaja bibirnya berserempetan dengan bibir Jono yang melongo. Krenyeng, itulah yang dirasakan Jono. Tanpa bisa menolak, Jono hanya pasrah ketika Kenanga melingkarkan lengannya di pundak. “Semoga Pak Jono dikaruniai umur panjang yang berkah,” bisik Kenanga sambil mempererat pelukan. “Terima kasih,” hanya itu kalimat yang keluar dari mulut Jono. Setelah berdiskusi dengan beberapa sahabat, Jono berkeyakinan penuh segera menikahi Kenanga, walau secara diam-diam. Sembunyi-sembunyi. Ketika rencana ini disampaikan kepada Kenanga, ternyata gadis tersebut spontan mengiyakan tanpa syarat apa pun seperti dulu. “Akhirnya kami menikah siri di Pacet. Kebetulan Kenanga punya paman yang memiliki pondok pesantren di sana dan bersedia menikahkan kami,” tutur Jono sambil mempermainkan ujung kaus. Dia kemudian berdiri untuk mengambil botol minuman di sepeda sport yang di-standard tidak jauh dari jembatan. Pascanikah, Jono membelikan rumah untuk Kenanga di daerah perbatasan tiga kota, Surabaya, Gresik, dan Sidoarjo. “Lho, Mas Jono dan Mbak Nia selama ini tinggal di mana?” sela Memorandum. “Dekat sini-sini saja,” katanya tanpa menyebutkan di mana tepatnya. “Suatu saat silakan mampir,” lanjutnya sambil menyodorkan kartu nama yang baru diambil dari tas pinggang yang dicantolkan di sepeda. Sebulan-dua bulan rumah tangga ganda dilakoni Jono dengan lancar. Tidak pernah ada persoalan berarti. Perputaran waktu bahkan sudah berganti dari bulan menjadi bilangan tahun. Hingga suatu hari Jono diajak Nia membicarakan sesuatu yang serius. “Ada sesuatu yang ingin kusampaikan,” kata Nia kala mereka habis menjalani kewajiban suami-istri. “Pentingkah?”. “Tidak ada yang tidak penting di dunia ini.” “Maksudnya?” “Aku sebenarnya sudah tahu pernikahan Mas Jono dengan Kenanga. Sejak awal,” kata Nia mengawali curahan isi hatinya. Jono tercekat. Dia tak menyangka selama ini Nia mengerti rahasia yang dia sembunyikan. “Kenapa kamu diam saja?” tanya Jono sambil memeluk Nia. (bersambung)

Tags :
Kategori :

Terkait