Menjajah lewat Narkoba

Sabtu 05-06-2021,11:11 WIB
Reporter : Agus Supriyadi
Editor : Agus Supriyadi

Kejahatan narkoba (narkotika dan obat/bahan berbahaya) tak akan pernah sirna. Tak akan pernah punah. Akan terus ada sepanjang masa. Tegasnya, kejahatan yang merusak generasi muda dunia, termasuk anak-anak Indonesia, kini kian transparan aksinya. Mulai dari narkoba seperti ineks, sabu, ganja, putauw, kokain, marak dijual belikan dan tak sulit untuk didapatkan. Hampir semua tersedia dalam berbagai kemasan ada di pasaran. Adanya begitu nyata di permukaan. Terlihat fakta ada di berbagai sudut kota. Dari gang ke gang, dari kampung ke kampung, dari rumah ke rumah, dari hotel ke hotel, dari apartemen ke apartemen, dari kantor ke kantor, dari mana saja (termasuk lembaga pemasyarakatan (lapas) transaksi jual beli narkoba ada di sana. Tak hanya itu, perdagangan barang “nikmat sesaat” itu pun sudah merambah antarpulau, antarnegara, antarindividu, dan tak jarang pula transaksi narkoba dilakukan oleh orang-orang terkenal atau orang-orang yang memiliki pengaruh. Ironis memang. Tapi itu adalah fakta! Sudah banyak yang tertangkap sebagai pelaku. Ribuan nyawa pun tercatat melayang sebagai korban dari transaksi yang kebanyakan mudah dilakukan itu. Tapi ya gitu, mereka tak pernah jera atau kapok. Tak pernah takut, tak pernah bimbang mengulang dan mengulang bertransaksi meski mengetahui risiko hukuman badan, bahkan hilang nyawa menyertai. Hampir setiap hari kita mendengar berita ada transaksi seperti itu. Ada yang tertangkap, ada pula yang lolos. Ada transaksi kecil-kecilan (sedikit) ada pula yang besar (banyak). Ada yang kelas teri, ada juga yang kelas kakap di negeri ini. Berkali-kali aparat kepolisian, aparat keamanan lain, badan narkotika baik tingkat pusat, atau pun daerah berhasil menangkap penjahat-penjahat narkoba dengan barang bukti berkilo-kilo gram jumlahnya. Terakhir kurir kakak beradik tertangkap dengan barang bukti 8 Kg sabu hingga diajukan ke persidangan dan di vonis seumur hidup oleh pengadilan. Namun prinsip, semua itu jelas merusak kehidupan sosial. Menghancurkan kehidupan berbangsa dan bernegara. Tragisnya, kejahatan narkoba terus mengancam keberadaan manusia di muka bumi ini, terkhusus di negeri ini yang diprediksi pada 2030 akan punah sebagai negara kesatuan. Nah, semua yang terjadi seakan lingkaran setan. Bukan jadi rahasia lagi ada transaksi kalau tidak ada penjual atau penyedia barang haramnya. Pun juga, tak mungkin ada transaksi yang lolos kalau tidak ada oknum aparat yang melindungi atau membekingi. Pertanyaan berikutnya, dari mana asal narkoba itu. Dari luar negeri atau dari dalam negeri? Berapa jumlah dan nilainya dalam ribuan atau bahkan jutaan transaksi? Pun juga adakah hubungannya dengan suksesi kepemimpinan nasional negeri ini pada 2024 mengingat dalam empat sampai lima tahun terakhir negeri ini seakan digerojok narkoba dari negeri seberang? Menjawab berbagai pertanyaan itu gampang-gampang sulit. Harus ada pembuktian nyata meski seringkali (dari berbagai tangkapan) diberitakan narkoba itu berasal dari berbagai negara seperti China yang dilewatkan ke negara-negara tetangga seperti Thailand, Malaysia, dan Singapura. Dan sering pula menyeruak berita kalau ada oknum aparat kepolisian atau aparat lain yang ikut tertangkap bersama para penjahat narkoba itu.(*)

Tags :
Kategori :

Terkait