Anis (nama samaran) tidak kuat menahan malu akibat suaminya, Udin (samaran juga), masuk penjara karena menggunakan narkoba jenis sabu.
Ia tidak menyangka suami yang diharapkan bisa menjadi contoh yang baik ternyata seorang pemakai narkoba. Apalagi, tiga tahun berumah tangga dengannya, Udin terlihat baik-baik saja. Tidak ada sedikit pun kecurigaan Anis bahwa suaminya itu menjadi budak barang haram.
"Dia terlihat sebagai lelaki dan suami yang baik selama berumah tangga denganku. Sungguh aku tak percaya kalau dia memakai narkoba," kata Anis.
Baru menginjak tahun keempat pernikahan mereka, Anis mulai curiga. Udin jadi jarang tidur pada malam hari. Ada saja yang dilakukannya tiap malam. "Waktu itu umur anak kami masih dua tahunan. Hampir setiap malam Udin aktif seperti tidak ada rasa kantuk," ucapnya.
Ketika ditanya, Udin selalu berdalih ia sedang banyak pikiran. Ditambah bos barunya selalu menyalahkannya tanpa mau mendengar alasan. Orangnya galak. Udin mengaku stres. Banyak pikiran.
Seiring perjalanan waktu, Udin semakin menjadi. Bahkan, tidak jarang Udin tidak pulang. Setiap ditanya, selalu saja lekaki tersebut marah-marah. "Kami jadi sering bertengkar," ujarnya.
Sikap Udin lama-lama berimbas pada berkurangnya uang bulanan. Kembali hal itu dipertanyakan Anis. Namun, lagi-lagi keluhan dan pertanyaan Anis berujung pertengkaran.
"Aku sempat curiga Udin punya selingkuhan. Tapi, aku yakin itu tidak mungkin. Sebab, setiap ponselnya kucek, tikak ada tanda-tanda ia selingkuh," terangnya.
Hingga pada suatu saat, ketika Udin kembali ke rumah sepulang kerja, Anis mengecek ponsel Udin. Waktu itu Udin sedang mandi. "Waktu aku cek ponselnya, ada teman sekantornya yang mengajaknya acara. Senuka aku tak tahu acara apa," ujarnya.
Setelah mandi, Udin berpamitan menemui temannya. Saat itu Anis sengaja tidak menanyakan ada acara apa, seperti yang dia baca di ponsel sang suami. "Baru pulangnya aku tanyakan. Dia diam. Aku curiga dia habis senang-senang di tempat hiburan. Tapi kok tidak bau alkohol?" kata Anis, meragukan kebenaran kecurigaan.
Keesokan harinya petaka itu tiba. Empat pria tidak dikenal muncul di rumah. Mereka bertanya apakah itu rumah Udin. "Setelah aku membenarkan, salah satu dari mereka menyampaikan bahwa mereka adalah polisi sembari menunjukkan sebuah surat. Aku langsung terduduk lemas sambil bertanya ada apa," ujarnya.
Pertanyaan Anis tidak digubris polisi-polisi itu. Ternyata di belakang mereka ada Pak RT, yang menjelaskan Udin terlibat kasus narkoba.
Anis syok. Tidak menyangka suaminya terlibat kasus narkoba. "Lalu aku dan Pak RT mengikuti polisi itu ke kamar tidur. Aku melihat mereka menggeledah setiap sudut rumah. Udin sudah duduk jongkok dengan tangan diborgol. Tangisku pecah," ungkapnya.
Anis benar-benar tidak bisa berpikir apa pun. Ia raih anaknya yang terbangun akibat keributan yang terjadi. Akhirnya polisi menemukan sebuah plastik kecil di celana Udin. Polisi lantas bilang suamiku akan dibawa ke kantor polisi. "Aku langsung menjerit. Aku lihat Udin hanya menunduk saat digelandang," bebernya.
Anis melangkah keluar mengikuti mereka. Namun, langkahnya tertahan ketika melihat sudah banyak tetangga yang berkerumun di depan rumah. "Ternyata banyak tetangga yang melihat Udin ditangkap. Aku malu sekali," ucapnya.
Seminggu setelah itu Anis minta cerai. Ia tidak tahan atas cibiran para tetangga. Anis juga memutuskan pindah rumah. "Aku malu sekali. Para tetangga selalu menggunjing tentang Udin," tandasnya. (mg5/jos)