Oleh Arief Sosiawan Pemimpin Redaksi Dua-tiga hari lalu mencuat kabar berita enam laskar FPI (Front Pembela Islam) ditetapkan sebagai tersangka. Mereka disangkakan menyerang anggota Polda Metro Jaya dalam bentrok di KM 50 terkait urusan Habib Rizieq Shihab (HRS). Dalam bentrokan itu, keenam laskar FPI tadi tewas. Maka, ramailah dunia. Kabar itu memacu dan memicu pro-kontra. Apalagi di kalangan warganet, gemuruh hujatan maupun dukungan terus menggelinding bak salju. Gulung-menggulung. Sudah mati kok ditetapkan sebagai tersangka. Sudah jadi jenazah. Mereka seolah masih jadi ancaman. Banyak ujaran demikian dari warganet. Ada yang menyayangkan sikap dan tindakan tegas aparat kepolisian. Ada pula yang justru senang dan bahkan bersorak memuji langkah tegas polisi anak buah Irjenpol Fadil Imran, sang jenderal kepala Polda Metro Jaya. Mereka yang menyayangkan tindakan tegas ini menilai hak asasi manusia (HAM) dilanggar anggota kepolisian. Berat! Dan, tanpa menghitung waktu mereka terus mendesak fakta kebenaran untuk diungkap. Tak hanya itu, usaha memenjarakan anggota kepolisian yang melakukan tindakan tegas itu terlihat sangat keras dan jelas. Tanpa lelah, tak peduli apa pun, dan serta berbagai cara dilakukan agar organisasi HAM internasional mendukung langkah mereka sekaligus menguji institusi kepolisian. Kini semua terhenti. Ketetapan tersangka ke-6 laskar FPI oleh Bareskrim Polri membuktikan kebenaran tindakan kepolisian Polda Metro Jaya meski terasa pahit. Serasa minum jamu brotowali (jamu pahitan). Dan, Bareskrim Polri bukanlah lembaga ecek-ecek alias tak berkualitas. Lembaga di bawah langsung kendali Kapolri itu tak sembarangan dalam melaksanakan tugasnya. Lembaga ini pasti sangat bertanggungjawab atas segala keputusan yang dikeluarkan. Ibarat kata, keputusan yang dikeluarkan lembaga ini tak bisa dianggap main-main karena terukur dan teruji. Tapi apakah ketetapan tersangka bagi ke-6 laskar FPI itu memuaskan para pihak? Pasti tidak. Mereka yang tidak sepaham dengan tindakan kepolisian pasti nggerundel. Menuding ketetapan ini sebagai keputusan yang semena-mena. Sebaliknya bagi yang sepaham dengan tindakan tegas kepolisian, akan menyatakan puas. Pasti! Puas karena tindakan kepolisian itu memberi arti perlindungan bagi masyarakat yang ingin hidup tenang, nyaman dan aman di kampung sendiri. Bahkan, “terbebasnya” hidup rasa tanpa FPI akan terus dirasakan rakyat yang selama ini memberi warna tersendiri di masyakarat. Lantas, ketetapan tersangka di kasus ini boleh dan bisa dianggap selesai?. Hmm…(*)
Jenazah pun Masih Jadi Ancaman
Sabtu 06-03-2021,11:11 WIB
Reporter : Agus Supriyadi
Editor : Agus Supriyadi
Tags :
Kategori :
Terkait
Terpopuler
Sabtu 11-01-2025,07:48 WIB
PSS Sleman vs Persebaya: Pantang Remehkan Lawan
Sabtu 11-01-2025,16:35 WIB
Hasil Babak Pertama PSS Sleman vs Persebaya Surabaya: Bajul Ijo Babak Belur, Tertinggal 3-0
Sabtu 11-01-2025,07:35 WIB
Wow! Vinicius Junior Beli Klub Sepak Bola di Portugal
Sabtu 11-01-2025,17:46 WIB
PSS Sleman Menang 3-1 dari Persebaya Surabaya, 2 Gol Bajul Ijo Dianulir Wasit
Sabtu 11-01-2025,12:08 WIB
Seorang Pria Meninggal Dunia Saat Ngopi di Warkop Panceng Gresik
Terkini
Sabtu 11-01-2025,19:27 WIB
Pj Gubernur Jatim Kembali Lantik Aries sebagai Pj Wali Kota Batu, Janji Genjot PAD
Sabtu 11-01-2025,19:08 WIB
Pemburu Koin Jagad di Surabaya Mulai Meresahkan, Ini Kata Psikolog
Sabtu 11-01-2025,18:41 WIB
Sampaikan Laporan Evaluasi Terakhir, Pj. Bupati: Matur Nuwun Turut Mendukung Saya Membangun Lumajang
Sabtu 11-01-2025,18:10 WIB
Polisi Tingkatkan Keamanan Peternak, Patroli Door to Door Sambang Kandang Sapi
Sabtu 11-01-2025,17:46 WIB