Derita Pria Paruh Baya Menghadapi Anak-Menantu Milenial (1)

Jumat 05-03-2021,10:10 WIB
Reporter : Agus Supriyadi
Editor : Agus Supriyadi

Dikenal Suka Mabuk-mabukan dan Bikin Resek Kampung

Danar (bukan nama sebenarnya) menatap kosong. Ia tak pernah menyangka bakal menjalani episode gelap dalam perjalanan hidup. Cucunya dijadikan taruhan si menantu, sebut saja Rendra. Kata Danar, sejak awal ia tidak menyetujui anaknya, sebut saja Hani, menikah vs Rendra. Ketidaksetujuan tersebut sebenarnya sudah terjadi pada awal kedekatan Hani dan Rendra. “Entahlah, lihat prejengan­ Rendra aku sudah eneg duluan. Rasanya ingin muntah dan menumpahkan ke muka dia,” kata Danar kepada pengacara di kantornya, seputar Pengadilan Agama (PA) Surabaya, Jalan Ketintang Madya, beberapa hari lalu. Danar geram. Ini tampak dari genggaman tangannya yang mencengkeram pundak Hani tanpa sadar. Hani sampai meringis kesakitan dan menepiskan tangan Danar dari pundak. Danar menegaskan, ketidaksetujuannya bukan tanpa alasan. Banyak. Pertama, Rendra adalah pengangguran yang menghabiskan waktu untuk hanya untuk luntang-lantung. Kedua, Rendra yang rumah orang tuanya tidak jauh dari rumah Danar di kawasan Sawahan dikenal suka bikin resek kampung. Sering mabuk-mabukan dan bermain judi. Rendra bahkan pernah diciduk aparat gabungan satpol PP dan polisi karena terlibat judi merpati. Kasus ini sempat ramai karena aparat sampai membakar pagupon-pagupon milik Rendra. “Arek model ngono lho kok disenengi anakku,” kata Danar. Danar sudah beberapa kali berusaha memberikan pengertian kepada Hani agar menjauhi Rendra, tapi anaknya sendiri memang ndablek. Semakin dilarang justru semakin lengket. Danar pernah nekat menghajar Hani sampai nyaris lumpuh ketika anaknya itu ketahuan baru pulang setelah tiga hari menghilang bersama Rendra. Ngakunya sih camping. Faktanya memang demikian. Tidak hanya berdua, tapi beramai-ramai dengan pemuda-pemuda kampung. “Masalahnya Hani tidak pamit. Mungkin dia sudah merasa kalau pamit bakalan nggak aku izinin. Tapi kan nggak boleh begitu?” Hani tidak pernah kapok. Dia masih sering keluar dengan Rendra. Dan, pasti tidak pernah pamit. Pernah suatu kali ayahnya yang karyawan pabrik rokok ini mendapat tugas menjaga stan pada pergelaran dangdut di lapangan Kodam V/Brawijaya. Mendekati bubaran, dia melihat Hani memapah Rendra yang berjalan sempoyongan karena mabuk. Danar langsung menyambar Hani dan menggelandangnya pulang. Hani diam saja meski wajahnya merengut penuh protes dan gurat perlawanan. Dia ogah-ogahan mengikuti langkah ayahnya. “Kalau bisa, aku ingin mengembalikan anak ini ke perut ibunya. Hati ini rasanya sudah tidak kuat. Ampun duh Gusti.” (jos, bersambung)     Pembaca yang punya kisah menarik dan ingin berbagi pengalaman, silakan menghubungi nomor telepon / WA 0821 3124 22 88 . Bisa secara lisan maupun tulisan. Kisah juga bisa dikirim melalui email yulisb42@gmail.com. Terima kasih  
Tags :
Kategori :

Terkait