Malang nasib Musrifah (50). Cuma gara-gara tidak melayani makan, ia harus menerima kenyataan digugat cerai suaminya, Sutarno (74), di pengadilan agama (PA).
Musrifah tak menyangka sama sekali mahligai rumah tangga yang ia bina selama puluhan tahun bersama Sutarno harus kandas gara-gara masalah sepele.
Usia perkawinan yang terbilang cukup lama itu tak menyurutkan niat Sutarno yang sudah bulat untuk menceraikan Musrifah. Padahal, dari hasil perkawinan mereka telah lahir empat orang anak dan delapan cucu.
Kisah Musrifah berawal ketika ada satu urusan dengan anaknya, Muslimah (27). Ia mendatangi anak bungsunya tersebut yang berada di kampung sebelah. Saat itu Musrifah lupa menyiapkan makanan di meja makan dan tidak bisa menemani Sutarno makan seperti biasanya.
Sepulang Sutarno dari rumah temannya, ia tak mendapati sang istri. Ketika menuju meja makan, ia tidak melihat secuil pun makanan di meja. Padahal, saat itu dia sedang lapar. Dengan hati yang dongkol, Sutarno menunggu Musrifah pulang.
Sutarno merasa disepelekan sebagai seorang suami. Ketika Musrifah sampai di rumah, Sutarno melampiaskan amarahnya. Meski Musrifah meminta maaf berulang kali, dan berusaha menjelaskan, Sutarno bergeming. Ia telanjur kecewa.
"Padahal saya sudah minta maaf. Sampai sujud-sujud. Tapi Bapak (Sutarno, red) tetap ga mau terima. Dia ngotot pengen cerai saya," tutur Musrifah sedih.
Niat Sutarno bercerai sempat mendapatkan pertentangan dari keempat anaknya. Beberapa kali didamaikan, Sutarno menolak dan ingin tetap bercerai. Kekerasan hati dan pikiran Sutarno tak tergoyahkan sedikit pun.
"Kami sekeluarga beberapa kali mengadakan pertemuan. Memohon kepada Bapak untuk mengurungkan niatnya cerai dengan Ibu. Tapi ngga tahulah, Bapak orangnya seperti itu, agak keras orangnya," ujar Suyanto, anak tertua.
Sampai akhirnya, kemarahan Sutarno sudah tak terbendung. Ia rela merogoh koceknya dalam-dalam untuk membayar pengacara yang mau mengurus percerainnya, asalkan ia bisa pisah dari Musrifah.
Saking nekatnya, Sutarno kemudian mendaftarkan sendiri gugatan cerai tersebut karena tidak ada pengacara yang bersedia membantunya. Para pengacara yang ia temui selalu menyarankan Sutarno berdamai dengan istrinya. Pertimbangan mereka, kondisi Sutarno dan istrinya yang sudah berumur.
"Waktu itu Pak Sutarno datang ke saya. Beliau bilang mau menceraikab istrinya. Saya berusaha kasih saran supaya damai. Karena pertimbangan umurnya yang sudah sepuh (tua). Saya cuma kasihan saja. Tapi orangnya keras banget. Saya sampai mau dibayar Rp 10 juta lho, Mas. Bukan perkara uangnya, tapi ini masalah hati," ucap salah satu pengacara yang keberatan dituliskan namanya.
Namun sangat disayangkan, ketika putusan cerai itu telah dikabulkan hakim, Sutarno telah menghembuskan napas terakhirnya. Keinginan untuk berpisah dari istri yang dulu ia sangat cintai itu harus berakhir sampai ke liang kubur. (mg5/jos)
Penulis : Yuli Setyo Budi
Pembaca yang punya kisah menarik dan ingin berbagi pengalaman, silakan menghubungi nomor telepon / WA 0821 3124 22 88 . Bisa secara lisan maupun tulisan. Kisah juga bisa dikirim melalui email yulisb42@gmail.com. Terima kasih