Anak Perempuanku Berteman dengan si Cantik dari Dunia Lain (4 – habis)

Jumat 29-01-2021,10:10 WIB
Reporter : Agus Supriyadi
Editor : Agus Supriyadi

Menitipkan Mentik ke Pondok Penghafal Alquran di Gresik

Ternyata benar. Pemuda yang ditemui Hendro bersama perempuan di hotel Tuban adalah keponakannya. Urusannya berbuntut panjang. Toni dituding membawa kabur istri orang. Untung saja perempuan tadi membuat pengakuan yang meringankan Toni. Pada mediasi di kantor polisi, dia mengaku dialah yang proaktif mendekati Toni lewat seseorang. Jelasnya, perempuan kemampo itu membayar Toni untuk kebersamaannya. “Boso Suroboyone yang lebih kasar, keponakanku dibayar sebagai gigolo,” kata Hendro agak malu-malu menjelaskan, setelah istilah yang lebih halus tidak ditemukan. Beberapa fakta tadi diindikasikan Hendro bahwa Mentik memiliki kemampuan lebih. Indra keenam. Indigo. Hendro pun mendiskusikan hal ini dengan beberapa teman. Rata-rata mereka menyarankan Hendro memupuk kemampuan Mentik. Ini adalah anugerah. Hanya satu yang memberikan saran berbeda. Teman ini minta Hendro segera membawa Mentik ke ustaz untuk di-ruqyah. Bila perlu, dipondokkan untuk menghilangkan kemampuan yang dinilai membawa mudlarat itu. “Tidak ada untung-untungnya. Sekarang mungkin belum terasa. Nanti bila anakmu beranjak remaja dan dewasa, kemampuan ini justru bisa menjadi bencana,” kata teman itu. Masih dalam taraf kebingungan, suatu hari Hendro ditamui temannya dari desa sebelah yang mengggelar pilkades. Tanpa sepengtahuannya, teman tersebut diam-diam mendekati Mentik dan bertanya siapa yang bakal terpilih jadi kades. Orang tersebut menunjukkan beberapa nama. Hal ini terbongkar pada hari H pemungutan suara. Orang tadi ngomel-ngomel kepada Hendro, yang dituding menyebarkan kabar bohong, “Ngaku-ngaku punya anak indido, eee… ternyata mbleset.” Tentu saja Hendro yang tidak tahu ujung-pangkal pembicaraan itu kaget dan heran. Ada apa? “Tebakan Mentik meleset. Kades yang kujagokan kalah. Dompetku jebol. Ayo Ndro, ijoli,” katanya. Mungkin maksudnya sekadar guyon, tapi bagi Hendro ini sangat serius. Menohok. Hendro menyesal telah mengonsultasikan masalah Mentik ke teman yang salah. Namun, di sisi lain dia juga tersadarkan efek-efek buruk yang mungkin dihadapi anaknya itu ke depan. Hendro akhirnya memutuskan untuk memondokkan Mentik. Tidak jauh dari rumah. Di kawasan Gresik. Pondok tersebut memang menerima santri usia dini, yang dididik menjadi penghafal Alquran. “Kebetulan saudara sepupu istri jadi ustaz di sana. Jadi kami tenang melepaskan Mentik. Kalau pandemi sudah reda, kami akan bawa Mentik ke sana,” kata Hendro, yang menambahkan bahwa hari-hari ini dia masih sibuk pulang-pergi Lamongan-Surabaya. Ada kerja sama proyek antarcabang dinas. Samar-samar terdengar suara gadis cilik di ujung telepon, “Pa. Siapa mbak baju merah yang temenin Papa tadi malam?” Hendro terbata-bata menjawab, “Mentik, sana ke Mama. Papa sedang bicara sama teman Papa.” Sambungan putus. Memorandum mencoba menghubunginya, tapi gagal. Setiap hari selama dua mingguan Memorandum terus mencobanya, tapi sampai sekarang belum berhasil. Memorandum mau tanya, apakah ceritanya berakhir sampai di sini? Atau gimana? (habis)   Penulis : Yuli Setyo Budi Pembaca yang punya kisah menarik dan ingin berbagi pengalaman, silakan menghubungi nomor telepon / WA 0821 3124 22 88 . Bisa secara lisan maupun tulisan. Kisah juga bisa dikirim melalui email yulisb42@gmail.com. Terima kasih  
Tags :
Kategori :

Terkait