Ulah Saudara Kembar sejak Sekolah hingga Menikah (3)
Selasa 22-12-2020,10:10 WIB
Reporter : Agus Supriyadi
Editor : Agus Supriyadi
Dodi Dikira Dedi, Disambut Ciuman Mesra Sepulang Rakor
Peristiwa terkutuk itu terjadi pada tahun pertama pernikahan mereka, sepulang mengikuti rapat koordinasi (rakor) di kantor pusat Jakarta. Mereka mewakili cabang masing-masing.
“Kami sudah bersiap-siap di lobi hotel untuk menuju bandara,” kata Dodi. Saat itu tiba-tiba Dedi dipanggil pimpinan. Diminta tinggal di Jakarta sehari-dua hari lagi karena hendak dijadikan panitia HUT perusahaan secara nasional.
Dodi pulang duluan. Begitu bus jemputan dari bandara datang, Dodi nyaut kopor di depannya. Langsung bablas. Kopor Dedi diambil petugas hotel untuk dibawa balik ke kamar.
Di bandara, Dodi dan kawan-kawan terpaksa keleleran cukup lama. Pesawatnya delay. Untuk mengisi waktu, mereka jagongan di kafe. Nahas, saat hendak meneguk kopi, lengannya tersenggol pinggiran kursi. Kopi tumpah membasahi baju.
Terpaksa Dodi harus ganti baju. Ketia membuka kopor, Dodi sempat kaget. Kopornya tertukar kopor Dedi. Setelah diperiksa. Ternyata semua perlengkapan Dedi berada di situ. Termasuk HP dan dompet.
“Terpaksa Dedi harus tinggal satu-dua hari di Jakarta tanpa identitas dan alat komunikasi. Dia memang biasa menaruh segala sesuatu di tas atau kopor,” kata Dodi, yang akhirnya pulang memakai baju Dedi.
Dodi sengaja tidak menelepon istrinya karena ingin memberikan kejutan. Begitu turun menginjakkan kaki di tanah, Dodi kaget. Tiba-tiba saja dia dipeluk dari belakang. Spontan dia menoleh sambil memoncongkan bibir hendak mencium perempuan yang dia yakini sebagai Indah.
Tapi, apa yang terjadi? Ternyata perempuan itu bukan Indah. Tapi Lina, istri Dedi. Setelah tertegun sejenak, Dodi baru teringat bahwa baju yang dia pakai memang baju Dedi. Bajunya basah tersirm kopi di bandara.
Menyadari kesalahan itu, Dodi bukannya melepaskan diri dari pelukan Lina dan merenggangkan pelukan. Dia malah mempereratnya. Entahlah, mendadak semangat petualangannya muncul.
Dodi juga menurut ketika digelandang masuk kamar. Ciuman bertubi-tubi dari Lina malah dinikmati. Walaupun disertai keraguan dan rasa bersalah, Dodi malah tuntas menyelesaikan episode rindu itu di atas ranjang.
“Tapi setelah itu saya menyesal telah mengkhianati Dedi. Rasanya ingin kebentur-benturkan kepala ini ke dinding sampai pecah,” kata Dodi sambil memegang kepala yang menarik-narik rambut.
“Jujur saya takut Dedi marah,” tuturnya, lirih, “Tapi bagaimana pun saya harus menghadapi masalah ini secara gentle.”
Keesokan harinya Dodi seharian menunggu Dedi di terminal kedatangan domestik karena tidak tahu persis jam berapa Dedi akan datang. Ternyata tidak ada. Baru keesokan hari sekitar pukul 08.00 Dedi muncul.
Dodi menyambut dengan wajah tegang, “Ada sesuatu yang harus saya sampaikan,” kata Dodi setelah mereka duduk di lobi bandara.” (bersambung)
Penulis : Yuli Setyo Budi
Pembaca yang punya kisah menarik dan ingin berbagi pengalaman, silakan menghubungi nomor telepon / WA 0821 3124 22 88 . Bisa secara lisan maupun tulisan. Kisah juga bisa dikirim melalui email yulisb42@gmail.com. Terima kasih
Tags :
Kategori :