Derita Perempuan Penderita Stroke, Dikhianati di Rumah Sendiri (1)

Jumat 27-11-2020,10:10 WIB
Reporter : Agus Supriyadi
Editor : Agus Supriyadi

Tetap Melayani Kebutuhan Seks Suami meski tanpa Goyangan

Yuyun (bukan nama sebenarnya) sangat bangga ketika dipinang pria keturunan, beberapa puluh tahun lalu. Suaminya, sebut saja Koko, dari keluarga pedagang. Ia dikenal ulet dan sangat pendiam. Gila kerja. “Kalau tidak diajak omong, Koko tidak akan membuka mulut. Andaipun berkata, paling hanya ‘ya’, ‘tidak’, atau ‘terserah’. Bila terpaksa harus menjelaskan sesuatu, baru bicara agak panjang. Walau begitu, tidak akan lebih dari 4-5 kalimat,” kata Yuyun kepada pengacaranya, sebut saja Ikin. Menurut Ikin, mulanya keluarga Koko-Yuyun berjalan baik-baik saja. Tidak terlalu harmonis, juga tidak terlalu amburadul. Mereka memiliki tiga anak, semua cewek. Dua dari tiga anak-anak tersebut selalu berprestasi di sekolah. Mereka sebut saja Iin, Lia, dan Lingling. Hanya satu yang berbeda, si sulung Iin. Sepintas memang tidak kentara. Iin bahkan terlihat paling cantik dan seksi. Sayang, Iin menderita keterbelakangan mental. “Anak-anak itu sangat menghormati dan patuh kepada ayahnya. Kependiaman Koko memang bisa menjadikan siapa pun segan. Dipandang saja, orang bisa salah tingkah,” cerita Ikin menirukan Yuyun, beberapa waktu lalu. Bila harus menggambarkan keluarganya dengan satu kata, Yuyun pasti hanya punya satu pilihan: bahagia! Tapi itu dulu. Ya, dulu. Tidak sekarang. “Emang kenapa sekarang?” tanya Memorandum kepada Ikin. Pengacara yang mahir mendamaikan pasangan-pasangan yang hendak bercerai ini tersenyum. “Kalau diminta menggambarkan kondisi keluarganya kini, Bu Yuyun akan tetap mengatakan satu kata. Tapi sebaliknya. Bukan lagi ‘bahagia’, melainkan ‘neraka’,” kata Ikin. Itu terjadi sejak Yuyun terkena serangan stroke. Pendarahan di batang otak. Parah. Akibatnya fatal. Yuyun menderita kelumpuhan permanen. “Setelah menginap di rumah sakit sekitar sebulan, dia harus menghabiskan sisa usianya di atas kursi roda,” kata Ikin. Anggota tubuhnya yang sebelah kiri tidak bisa digerakkan. Lumpuh puh-puh-puh. Berbagai terapi sudah dijalani, mulai mengonsumsi ramuan herbal, obat dokter, pijat, sampai tusuk jarum, tapi tidak bisa memberikan perubahan berarti. Yuyun merasakan gairah seksualnya mati. Malas melayani suami. Walau begitu, Yuyun tidak meninggalkan kewajibannya sebagai istri. Setiap kali Koko ingin berhohohihe, dia tetap berusaha memuaskan suaminya itu. “Memangnya masih bisa melayani suami secara normal?” tanya Memorandum. Heran. “Ngakunya sih bisa. Cuma tidak banyak goyang. Hanya diam dan kluget-kluget,” jawab Ikin diiring senyum, kembali menirukan jawaban Yuyun. “Suaminya terpuaskan?” “Di sinilah masalahnya,” kata Ikin. Karena tidak puas dengan pelayanan istri, Koko mulai melirik wanita lain sebagai solusi. Bukan orang jauh, melainkan “stok” di lingkungan rumah. Koko selingkuh dengan pembantu. Fakta itu terbongkar ketika suatu malam Yuyun tersedak air liur. Tenggorokannya tercekat. Ia berusaha meraih botol minuman di meja samping tempat tidur. Karena lampunya redup, Yuyun tidak berhasil memegang dengan sempurna. Botol jatuh dan menggelinding menjauh. Menghilang entah ke mana. Perempuan ini lantas berusaha meraih kursi roda untuk mengambil air minum di kulkas. Dalam perjalanan menuju ruang makan, tempat kulkas, Yuyun mendengar suara-suara mencurigakan dari kamar pembantu, sebut saja Saritem. Yuyun mendekat dan membuka pintunya. Tidak terkunci. (bersambung)   Penulis : Yuli Setyo Budi Pembaca yang punya kisah menarik dan ingin berbagi pengalaman, silakan menghubungi nomor telepon / WA 0821 3124 22 88 . Bisa secara lisan maupun tulisan. Kisah juga bisa dikirim melalui email yulisb42@gmail.com. Terima kasih      
Tags :
Kategori :

Terkait