Surabaya, memorandum.co.id - Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini beserta jajaran Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya menyampaikan bela sungkawa yang sedalam-dalamnya kepada keluarga korban kebakaran di salah satu toko elektronik di Jalan Kranggan, Sawahan, Surabaya, Minggu (30/8). Pemkot juga memastikan bahwa proses pemadaman itu sudah sesuai dengan prosedur pemadaman kebakaran.
Wali Kota Risma mengatakan jika dilihat dari analisa kebakaran, personel pemadam kebakaran (PMK) sudah datang tepat waktu. Karena hanya dalam waktu 5 menit mereka sudah tiba di lokasi kebakaran. Artinya, mereka tidak sampai melebihi batas waktu maksimal 7 menit yang telah ditetapkan. Bahkan, pada saat itu mereka sudah membawa peralatan lengkap, termasuk unit bronto skylife yang dapat menjangkau gedung tinggi.
“Kita juga sudah kerahkan 22 unit mobil pemadam kebakaran, proses pemadamannya pun tidak sampai 2 jam. Jadi, sebenarnya ini bukan masuk dalam kategori kebakaran berat, tapi karena asapnya yang tebal dan tidak ada sirkulasi udaranya, sehingga asapnya tidak bisa keluar,” kata Wali Kota Risma.
Wali Kota Risma mengatakan bahwa ini pengalaman dan pelajaran bagi semuanya. Menurutnya, mungkin selama ini selalu mengandalkan AC untuk mendinginkan rumah, dan terkadang lupa akan pentingnya sirkulasi udara itu. “Makanya, saya mengingatkan diri saya sendiri, para arsitek dan kontraktor bangunan untuk selalu memperhatikan sirkulasi udara, karena kalau kejadiannya seperti ini sulit sekali,” kata dia.
Wali Kota Risma juga memastikan Senin ini menugaskan Dinas Perumahan Rakyat Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman, Cipta Karya dan Tata Ruang (DPRKP-CKTR) untuk mengevaluasi penggunaan bangunan di sekitar kebakaran itu. Tentunya, evaluasi itu akan dilakukan setelah toko-toko di jalan itu buka. “Nanti akan evaluasi dan kami kontrol bangunan-bangunan yang lainnya,” ujarnya.
Terlepas dari itu semua, Wali Kota Risma mewakili Pemkot Surabaya mengucapkan bela sungkawa sedalam-dalamnya kepada seluruh korban. Menurutnya, pihaknya sudah berusaha semaksimal mungkin untuk menyelamatkan korban. “Namun, karena kondisi medan yang membuat kami kesulitan, sehingga kami tidak mengetahui kalau ada korban dan ada penghuninya,” imbuhnya. (udi/gus)