Kurus Ngenes

Sabtu 22-08-2020,16:54 WIB
Reporter : Aziz Manna Memorandum
Editor : Aziz Manna Memorandum

Gemuk dikritik. Lalu mati-matian kuruskan badan. Berhasil. Tapi, tetap saja dikritik. Kali ini: kekurusan. Inilah keluhan salah satu sahabat saya di SDI (Senam Dahlan Iskan). Teman saya bingung. Gemuk kegemukan. Kurus kekurusan. Bahkan ada pertanyaan yang membuatnya lebih ngenes. "Habis sakit ya Mas?" kata temannya. "Mikir opo Mas, kok entek awakmu (mikir apa kok habis badanmu)," kata teman lainnya. Teman saya sambat, telinganya benar-benar terganggu mendengar pertanyaan mengapa kok kurus sekali. "Semua mengarah negatif. Terutama apa punya pabrik gula (maksudnya penyakit kencing manis)," kata teman saya itu. Hanya satu orang, kata dia, yang sangat memujinya dengan pujian yang sangat serius. "Wuih badanmu bagus sekali sekarang," katanya menirukan pujian itu. Dia bertanya kepada teman-teman yang mengerubunginya karena sudah dua bulan ini absen. Siapa kira-kira yang bilang begitu. Saya langsung bisa menebak. "Pak Dahlan," kata saya. "Bener Pak. Abah DI," katanya. Bukan apa-apa, saya mengalami nasib yang hampir sama, badan saya turun lima kilo dari biasanya. Dari 72 menjadi 67. Kurus. Seperti teman saya tadi, di mana-mana mendapat pertanyaan, kurus banget ya Mas. Habis sakit ya. Dan, persis seperti dia, ketika ketemu Abah DI, dialah satu-satunya yang memuji badan saya bagus. Bahkan, dites disuruh berdiri segala, apakah perut saya rata atau menonjol. Ketika rata, dapat tambahan pujian lagi. "Perutmu bagus," katanya. Tak hanya memuji orang, DI juga  pintar menjaga badannya. Sehingga terlihat lebih muda dari usianya yang tahun depan sudah 70 tahun ini. Padahal, kata teman saya tadi, upayanya untuk kurus luar biasa. Selain rutin olah raga tiap hari, dia juga menambah porsi puasanya yang semula Senin-Kamis menjadi Daud, Sehari puasa, sehari tidak. "Efektif sekali. Badan saya turun dari 82 terus melorot sampai sekarang 54 kilo. Sampai di mana-mana saya dibilangi kok kurus kok kurus. Habis sakit ya," katanya. Sebetulnya hitungan teman saya dan Abah DI tidak salah berdasar BMI (body mass index)  atau indeks massa tubuh. Cara mengukurnya: berat tubuh dibagi kuadrat tinggi tubuh. Berdasar BMI, seseorang dikategorikan underweight jika BMI-nya di bawah 18,5. Akibatnya: mengganggu kekebalan tubuhnya, tulang rapuh, dan cepat merasa lelah. Tubuh kita tergolong ideal jika skor BMI-nya 18.5-22,9.  Berarti kita harus pertahankan lewat pola makan, olah raga dan istirahat. Sedang overweight jika skor antara 23 hingga 24,9. Di atas itu, kita sudah masuk ketegori kegemukan (obesitas). Kita harus hindari karena beban organ tubuh kita seperti jantung, liver, ginjal, paru-paru bekerja ekstra berat. Jadi, sebaiknya bagaimana? Nurut BMI atau kata orang? Tentu yang terbukti berdasar scientific-nya. Menuruti kata orang, tak akan ada habisnya. Bagaimana menurut Anda? Salam!(*) *Ali Murtadlo, Kabar Gembira Indonesia (KGI)

Tags :
Kategori :

Terkait