Aksi 3 September: Rakyat Jatim Bergerak atau Gerakan Segelintir

Sabtu 30-08-2025,07:07 WIB
Reporter : Aris Setyoadji
Editor : Aris Setyoadji

Gelombang protes warga Pati, Jawa Tengah yang mendesak Bupati Sudewo mundur karena kebijakan kenaikan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) hingga 250 persen telah menjadi catatan penting demokrasi lokal tahun ini.

Puluhan ribu warga bersatu, membuka donasi sederhana berupa air mineral, hingga akhirnya aksi itu mampu menekan kebijakan yang dianggap arogan.

BACA JUGA:Dari Kursi Kehormatan ke Kursi Pesakitan

Fenomena ini lantas disebut sebagian kalangan sebagai “Pati Effect”—sebuah penanda bahwa suara rakyat kecil masih bisa mengguncang kursi kekuasaan.

Kini, semangat yang sama mulai merembet ke Jawa Timur, terbukti bertebaran di media sosial (medsos) bila aktivis M. Sholeh telah mendirikan posko di Taman Apsari Surabaya, tepat di depan Gedung Negara Grahadi, untuk menggalang dukungan menuju aksi pada 3 September 2025.

Digaungkan jika agenda aksi tersebut bertujuan untuk menggoyang Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa, yang dianggap gagal memimpin Jatim.

BACA JUGA:Hitung Juga Napas Rakyat

Namun, rencana itu tuntu saja tidak semulus di Pati, sebab sejumlah kelompok justru menyatakan siap melakukan aksi tandingan atau pro-Khofifah di hari yang sama.

Sehingga beberapa kemungkinan jika aksi tersebut tetap digelar dengan melihat perkembangan kondisi sekarang ini.

Pertama, gerakan Sholeh rawan terjebak pada fragmen opini publik, sebab tidak semua elemen masyarakat menilai perlu ada aksi besar, sebagian justru menekankan pentingnya stabilitas.

Nantinya jika dalam aksi itu tidak mampu merangkul kelompok luas seperti buruh, mahasiswa, hingga komunitas warga, aksi ini bisa dipersepsikan sebagai gerakan segelintir orang.

BACA JUGA:People Power Pati Hadang Arogansi Bupati

Kedua, risiko provokasi dan bentrok sangat nyata, sebab adanya dua massa berlawanan dengan tensi politik tinggi dapat memperbesar peluang gesekan di lapangan.

Ketiga, munculnya isu baru yang lebih emosional, yakni tragedi seorang pengemudi ojek online (ojol) Affan Kurniawan meninggal akibat tertabrak kendaraan taktis (rantis) Brimob di Pejompongan, Jakarta Pusat dalam aksi protes DPR RI menjadi bara tambahan.

Jika narasi ketidakadilan ini bertemu dengan gerakan lokal, potensi eskalasi bisa meluas tak hanya soal gubernur, melainkan juga soal perilaku negara terhadap rakyat kecil.


Mini Kidi--

Aksi warga Pati telah menginspirasi, tapi juga memberi pelajaran bahwa rakyat memang bisa menekan kekuasaan, tetapi juga mudah digembosi jika pemimpin gerakan tidak konsisten, dengan lompat pagar untuk berpihak pada penguasa yang sebelumnya menjadi lawannya.

Pati Effect memberi isyarat: solidaritas rakyat hanya akan bertahan jika kepercayaan dijaga.

Tanpa itu, gerakan berisiko dipersepsikan sekadar amarah jalanan yang terfragmentasi.

Sejarah telah berulang kali menunjukkan, gerakan rakyat hanya efektif jika mampu menjaga moralitas, soliditas, dan kepercayaan.

Kategori :