Bendera Merah Putih berkibar terbalik di halaman Pemkot Surabaya, suasana seketika mematung.
Hari itu menandai HUT ke 80 Republik Indonesia. Frustasi ataupun kecewa bisa saja meluap.
Namun, Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi, justru memilih jalur berbeda: memberi dukungan bukan cela.
Melalui unggahan di akun Instagram pribadinya, ia menuliskan: “Tetap semangat anak anakku, jadikan semua sebagai bahan pelajaran ke depan. Masih panjang proses yang harus anak anak lalui menuju kesuksesan.”
BACA JUGA:Catatan Eko Yudiono Final Wimbledon: Air Mata Profesional Anisimova Usai Diplokoto Swiatek
BACA JUGA:Catatan Eko Yudiono: Derby Suramadu Mengaduk-aduk Emosi Bonek dan K-Conk Mania
Kalimat itu tidak sekadar menenangkan, tetapi mencerdaskan. Ia mengingatkan bahwa kegagalan kecil bukan penentu akhir; justru pemicu semangat untuk maju.
Sikap tegas sekaligus lembut ini semakin terang ketika Eri menambahkan, “Kalian adalah anak hebat dan pilihan untuk mengibarkan Sang Merah Putih. Tidak hanya pada saat upacara saja, tetapi setiap waktu selama raga dikandung badan.”
Dalam satu kalimat, ia menaburkan rasa bangga dan tanggung jawab. Bendera tak hanya simbol negara. Bendera adalah refleksi hati, dan bagi Eri, setiap waktu adalah saat berharga untuk merekatkan rasa cinta tanah air.
“Terima kasih anak anakku, semangat terus,” tutupnya.
Ungahan Eri yang ringkas, berjiwa, namun tak kehilangan makna.
Empatinya mengalir lancar, seakan menghapus rasa bersalah yang mungkin dirasa anak-anak Paskibraka.
Memang, tak mudah untuk menjadi anggota Paskibraka. Serangkaian seleksi dan latihan keras dilakukan. Untuk hasil terbaik tentunya. Sempurna.
Namun, terkadang, kesalahan kecil bisa saja terjadi. Entah bendera terbalik atau justru bendera tidak mengembang.
Itu juga yang terjadi di halaman Pemkot Surabaya. Peserta upacara yang jumlahnya kisaran 1.000 undangan sontak kaget. Bergumam. Juga kesal dan kecewa dalam hati.