PSSI Manfaatkan Dana FIFA untuk Bayar Wasit dan Staf Timnas

Senin 27-04-2020,14:49 WIB
Reporter : Aziz Manna Memorandum
Editor : Aziz Manna Memorandum

Jakarta, Memorandum.co.id - PSSI bersikap transparan dengan adanya kucuran dana Rp 7,7 miliar dari FIFA yang rencananya dikucurkan Juni nanti. Salah satu kebutuhan yang mendesak dilakukan yakni menutupi biaya operasional dan urusan dengan pihak ketiga. Misalnya saja, untuk menggaji staf pelatih timnas hingga wasit yang terkena dampak pandemi Covid-19 dan terhentinya kompetisi. Diketahui, bantuan dana tersebut merupakan bagian dari program FIFA Forward 2.0 pada 2019 dan 2020. Program bantuan dana itu ditujukan kepada seluruh anggota asosiasi di bawah naungan FIFA untuk biaya operasional dan proyek khusus setiap tahun. Nah, untuk PSSI, beberapa program FIFA seperti pelatihan bagi para pelatih dan wasit serta program lainnya sudah dijalankan. Ketua Umum PSSI Moch. Iriawan mengapresiasi bantuan dari FIFA. Menurut dia, apa yang dilakukan FIFA menunjukkan sebuah kepedulian terhadap anggotanya yang mengalami kesulitan akibat pandemi corona. ’’Kami apresiasi setinggi-tingginya kepada FIFA yang konsisten membantu mengembangkan sepak bola di Indonesia,’’ ujarnya dikutip dari laman PSSI. Iwan Bule –sapaan Moch. Iriawan– mengakui, kondisi PSSI juga sedang sulit. Selain masih sulit mencari dana untuk membayar gaji staf pelatih timnas, PSSI terpaksa belum menggaji beberapa wasit yang sering bertugas di kompetisi. Itulah akibat dari dihentikannya kompetisi Liga 1 dan 2. Sumber pendapatan PSSI dari sponsor juga terhenti. Tidak adanya pertandingan timnas membuat sponsor menghentikan aliran dana kepada PSSI. Iwan Bule berjanji menyalurkan dana dari FIFA secara maksimal. ’’Bantuan yang diberikan nanti digunakan secara tepat sasaran dan transparan. Ini dilakukan untuk pelaksanaan program dan kelanjutan organisasi PSSI di tengah dampak pandemi korona,’’ paparnya. Apakah dana bantuan dari FIFA bisa dipakai untuk menggulirkan kompetisi? Mantan Kapolda NTB itu menjelaskan, meski ada saran untuk mengadakan kompetisi tanpa penonton, kultur sepak bola Indonesia sulit menerapkan saran tersebut. ’’Indonesia belum akan mencontoh negara lain yang melakukan itu (kompetisi, Red) secara tertutup (tanpa penonton). Laga yang sudah diinfokan tanpa penonton dan disosialisasikan jauh-jauh hari di sini tetap saja didatangi puluhan ribu suporter kan,’’ katanya. (sr)

Tags :
Kategori :

Terkait