TULUNGAGUNG, MEMORANDUM.CO.ID - KPU Kabupaten Tulungagung telah usai menggelar debat publik pertama Pilkada Tulungagung pada Jumat 25 Oktober 2024.
Debat publik yang berlangsung sekitar 3 jam itu dinilai kurang greget oleh banyak pihak. Salah satunya Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Tulungagung.
Menurut PWI dalam debat pertama semua Paslon Bupati - Wakil Bupati Tulungagung dinilai gagal menyampaikan dengan jelas program dan rencana kinerja mereka kepada publik.
BACA JUGA:Ratusan Personel Polres Tulungagung Disiapkan untuk Pengamanan Debat Cabup Cawabup
Dalam debat yang mengangkat tema Peningkatan Pelayanan Publik Untuk Mewujudkan Kesejahteraan Masyarakat Tulungagung itu, semua paslon dinilai gagal meraih simpati swing voters yang ada di Kota Marmer.
Hal itu pun bisa dilihat dari komentar warganet yang menyaksikan langsung debat dari kanal YouTube milik KPU dan Kominfo Tulungagung tersebut. Sebagian dari mereka tidak lagi tertarik dengan debat yang berlangsung, karena profil paslon yang tidak mampu menarik minat pemilih, terutama yang menyaksikan melalui streaming.
Ketua PWI Tulungagung, Wiwieko Dharmaidiningrum mengatakan, debat berlangsung dengan kurang menarik dan tidak greget.
BACA JUGA:Kunjungi PWI Tulungagung, Kapolres: Media Salah Satu Mitra Penting Polisi dalam Menjaga Kamtibmas
Dirinya menilai, paslon belum maksimal dalam menyampaikan program kerja dan visi misi mereka selama lima tahun ke depan.
"Walaupun sudah dibaca visi misinya, namun tetap saja masyarakat perlu pendalaman yang detail dan debat kemarin terlihat kurang greget, karena semua paslon masih belum maksimal dalam menyampaikan programnya," ujarnya saat dikonfirmasi, Minggu 27 Oktober 2024.
Eko, sapaan akrab Wiwieko memprediksikan, hal ini terjadi karena penguasaan publik speaking yang belum maksimal, sehingga berpengaruh kepada performa saat debat berlangsung.
BACA JUGA:Cegah Golput, KPU Tulungagung Gandeng PWI Tingkatkan Partisipasi Pemilih di Pilkada 2024
"Debat ke depan diharapkan semua paslon meningkatkan publik speaking nya, agar program dapat tersampaikan dengan gamblang dan terpahami, utamanya oleh gen z dan milenial," terangnya.
Eko juga menyayangkan paslon yang tidak mampu menjawab pertanyaan dengan fokus. Baik saat pertanyaan dari panelis maupun pertanyaan dari paslon lain.
"Selain itu paslon belum terlihat menjawab dengan fokus apa yg ditanyakan panelis. Pertanyaannya apa, di jawab apa. Mungkin perlu juga panelis yang ketika bertanya tidak dengan bahasa yang berat, tetapi dengan bahasa yang ringan dan dapat segera dipahami," ucapnya.