PROBOLINGGO, MEMORANDUM.CO.ID - Upaya menurunkan angka stunting di Kota Probolinggo melibatkan pasangan suami istri atau keluarga.
Sebab keluarga adalah awal terbentuknya anak sehat. Demikian dikatakan Kepala Dinkes PPKB kota setempat, dr. Nurul Hasanah Hidayati.
"Dari keluargalah dimulai pencegahan dan penurunan angka stunting sehingga menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas," ujarnya, Jumat 25 Oktober 2024.
BACA JUGA:Nexmedis Manfaatkan AI untuk Turunkan Angka Stunting di Wilayah Terpencil Indonesia
Catatan memorandum, pada 2023 lalu, dalam 1.000 HPK (hari pertama kehidupan), masih terdapat 23.3 persen kasus stunting di Kota Probolinggo. Selanjutnya pada 2024, turun hingga 11,6%.
Sementara itu, menurut Nurani, istri Pj. Walikota Probolinggo, stunting merupakan masalah gizi kronis pada balita. Kasus ini bisa mempengaruhi kecerdasan anak.
"Untuk menghindari bencana kependudukan akibat stunting, maka perlu dilakukan upaya sejak dini melalui perencanaan keluarga dengan baik,” jelasnya.
BACA JUGA:Sukorejo Gencarkan Lokakarya, Percepat Penanggulangan Stunting
Nurani berharap, pencegahan stunting bisa dimulai dengan memahami kesehatan reproduksi. Hal ini sebagai upaya peningkatan KB pasca bersalin.
"Berbagai upaya bisa dilakukan untuk mencegah stunting, salah satunya adalah menikah di usia ideal, merencanakan kehamilan sehat dengan menjaga kesehatan reproduksi dengan baik dan konsumsi gizi seimbang selama masa kehamilan,” tutup nya. (ekh)