SURABAYA, MEMORANDUM-Perubahan iklim menjadi tanggung jawab bersama. Setidaknya, RW IV Pagesangan, Surabaya berupaya agar perubahan iklim tidak berdampak pada lingkungan mereka. Untuk itu, pelbagai upaya dilakukan agar lingkungan mereka siap menghadapi perubahan iklim. Drh H Hamy Wahjunianto MM, Ketua Proklim Kelurahan Pagesangan membeberkannya di Podcast Memorandum TV.
Menurut Hamy, sapaan karibnya, berawal dari lomba kebersihan, wilayahnya terbiasa dengan lingkungan yang bersih, sehat dan memanfaatkan berbagai sampah untuk pupuk dan lain-lain.
“Dulu awalnya ada program Surabaya Smart City. Waktu itu RW IV Pagesangan meraih Best of The Best. Kemudian Green and Clean, Surabaya Bersinar. Surabaya Smart City pada 2002 di zaman wali kota Bu Risma Triharini,” jelas Hamy.
BACA JUGA:Berawal dari Hobi Koleksi Uang Kuno, Otie Membuka Toko Khusus Numismatik
Lalu di zaman Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi, program kampung bersih menjadi Kampung Surabaya Hebat (KSH). Sebanyak 1360 RW di Surabaya melakukan berbagai upaya agar kampung mereka sehat, bersih dan hijau.
“Antara lain membangun ekosistem lingkungan yang sehat, membangun budaya (di RW-nya) melestarikan lingkungan bagi anak cucunya kelak. Karena sudah berlangsung belasan tahun tidak ada kampung-kampung sebersih dan sehijau Surabaya. Lalu oleh oleh dinas lingkungan hidup (DLH) kemudian mempunyai program Kelurahan Berseri. Kelurahan Berseri Pratama, Madya, Utama dan Mandiri.
“Untuk apa? Salah satunya, dusun-dusun di Jatim yang bisa mendapatkan penghargaan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan programnya namanya Proklim (Program Kampung Iklim) berubaha menjadi Program Komunitas Iklim. Tujuannya untuk mengantisipasi terjadinya perubahan iklim yang ada di dunia. Yang kita syukuri di Surabaya seperti itu. Kalau Surabaya sudah siap mengantisipasi perubahan iklim,” tegasnya.
Apa yang sudah dilakukan RW IV Pagesangan yang kemudian meraih best of the best yang patut digarisbawahi. “Bayangkan, RW-RW di Surabaya Green and Cleannya seperti apa, karena sudah berlansung belasan tahun,” bebernya.
BACA JUGA:Kaesang Beri Surat Tugas ke Bayu Maju Pilwali Surabaya 2024
Hami bersyukur, program-program kebersihan di RW mereka juga sebagai sarana merekatkan hubungan sosial antawarga. Tujuan utamanya adalah mengurangi emisi rumah kaca. “Secara umum mengantisipasi efek-efek perubahan iklim. Misalnya begini. Bakar-bakar sampah. Itu emisinya luar biasa,” paparnya.
Karena itu, Hami dan warga berupaya mengurangi emisi buang. “Bayangkan, 1.600 ton sampah tiap hari dibuang di TPA. 54 persen sampah basah rumah tangga. Termasuk perhotelan dan lain-lain. Jika bisa direduksi tiap RW, sampah dapur ia yakin sampah bisa berkurang di bawah 50 bahkan di bawah 30 persen,” yakinya. Caranya, paling sedderhana adalah membuat lubang sisa dapur. (Lubsida).
“Nantinya, secara natural menjadi kompos. Sampah-sampah daun dimasukkan di kompos bag. Rumah kompos, jadi pupuk cair. Itu sudah sangat mengurangi sampah. Dijamin yang dibuang di TPA adalah sampah residu yang kami tidak bisa mengolahnya,” pungkas Hamy. (*)