SURABAYA, MEMORANDUM - Upaya Pemkot Surabaya dalam mengendalikan inflasi melalui Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) menunjukkan hasil yang positif. Pada bulan Juni 2024, Kota Pahlawan mengalami inflasi month to month (m-to-m) sebesar -0,37 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 106,41. Angka ini menunjukkan penurunan dibandingkan Mei 2024 yang masih -0,21 persen.
Pencapaian ini tak lepas dari peran strategis Kios TPID yang tersebar di 64 pasar di Surabaya. Kios-kios ini dikelola oleh Dinas Koperasi Usaha Kecil dan Menengah dan Perdagangan (Dinkopdag) Kota Surabaya atau PD Pasar Surya.
Kepala Bagian Perekonomian dan Sumber Daya Alam Kota Surabaya, Vykka Anggradevi Kusuma, menjelaskan bahwa Kios TPID berperan penting dalam menjaga harga kebutuhan pokok (bapok) tetap stabil. Ketika harga bapok di pasaran naik, Kios TPID menyediakan beras, minyak goreng, dan bahan pokok lainnya dengan harga jual tidak lebih dari Harga Eceran Tertinggi (HET).
"Berpengaruh besar, karena Kios TPID ini menyediakan beras, minyak dan kebutuhan pokok lainnya. Ketika harganya naik seperti waktu lalu, kita kendalikan lewat Kios TPID dengan harga jual tidak lebih dari Harga Eceran Tertinggi (HET)," ungkap Vykka.
BACA JUGA:Ini Cara Pemkot Surabaya Adang Inflasi
Di samping itu, Vykka juga merinci langkah-langkah yang disiapkan Tim TPID Kota Surabaya dalam mengendalikan inflasi. Pertama, keterjangkauan harga pasokan.
"Dalam hal ini kita melakukan gerakan pangan murah di setiap bulan di beberapa lokasi, seperti di Rusunawa dan Balai RW. Komoditas yang disediakan antara lain beras, gula, minyak goreng, telur, daging ayam dan produk olahan lainnya," jelasnya.
Selain itu, Vykka menyebut, Pemkot Surabaya juga rutin mengelar operasi pasar di tingkat kecamatan. Tujuannya untuk memantau harga kebutuhan pokok (bapok) yang mengalami penurunan atau kenaikan.
"Sehingga kalau ada harga bapok yang naik, Tim TPID ini bisa langsung melakukan tindakan pengendalian," imbuhnya.
BACA JUGA:Kendalikan Inflasi, Pemkot Surabaya Siapkan Pasar Murah
Strategi kedua adalah memastikan ketersedian pasokan. Caranya dengan melakukan pemantauan stok dan harga-harga bapok melalui aplikasi serta pemantauan dan tindak lanjut hasil survei yang dilakukan di pasar-pasar.
Selain itu, Pemkot Surabaya juga menggencarkan gerakan menanam di lahan milik warga sendiri. "Langkah ketiga adalah memastikan kelancaran distribusi. Dalam hal ini Pemkot Surabaya melakukan subsidi transportasi untuk komoditas yang harganya sedang tinggi. Sehingga biaya bisa ditekan lewat transportasi," ungkap Vykka.
Adapun langkah keempat ialah melakukan komunikasi efektif serta koordinasi dengan semua pihak terkait dan juga daerah-daerah penghasil komoditas bapok.
Ke depan, pihaknya menargetkan, angka inflasi tetap stabil hingga penghujung tahun 2024 dengan menerapkan serta melakukan evaluasi terhadap strategi yang sudah diterapkan.
BACA JUGA:Kendalikan Inflasi, Pemkot Surabaya Gelar Operasi Pasar 12 Titik